google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Tampilkan postingan dengan label Catatan Ringkas Tentang BK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Ringkas Tentang BK. Tampilkan semua postingan

Politik Etnis Tionghoa Indonesia




KH Abdurrahman Wahid adalah seseorang yang berasal dari etnis Tionghoa pertama yang menjadi Presiden RI. Beliau adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah pendiri Kesultanan Demak. Raden Patah sendiri nama aslinya adalah Tan Jin Bun atau Tan Eng Hwa. Tan A Lok dan Tan Jin Bun ini adalah anak dari puteri Tiongkok yang menjadi selir Raden Brawijaya V.

Tan Kim Han menurut hasil penelitian ahli sejarah Perancis Louis-Charles Damais tidak lain adalah Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.

Lahirnya Indonesia


AR Baswedan adalah seorang wartawan berdarah Arab yang bekerja di koran  Sin Po, milik temannya yang berdarah Tionghoa. AR Baswedan dan Liem Koen Hian adalah teman seperjuangan. Mereka berdua adalah anggota BPUPKI - Founding Fathers RI yang men draft UUD 1945. Yang Tionghoa di BPUPKI ada Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oei Tjong Hauw, dan Oei Tiang Tjoei dari 68 anggota. 
Keturunan Arab cuma ada 1 yaitu AR Baswedan dan perwakilan dari Indo Eropa ada 1, yaitu PF. Dahler.

Liem Koen Hian pendiri Partai Tionghoa Indonesia pendukung kemerdekaan RI di tahun 1932. Kemudian sahabat dekatnya, AR Baswedan mendirikan Partai Arab Indonesia di tahun 1934 dengan gagasan sama, kemerdekaan Indonesia. Hanya segelintir orang keturunan Tionghoa yang gencar memperjuangkan nasionalisme Indonesia. Liem Koen Hian salah satunya. Puluhan tahun dia memperjuangkan bangsa Indonesia yang merdeka. Dia mempropagandakan orang keturunan Tionghoa adalah orang Indonesia. Liem layak disebut bapak asimilasi. Namun sungguh tragis di akhir hidupnya, Liem dikecewakan bangsanya dan meninggal sebagai orang asing dinegeri kelahirannya.

Kalau di PPKI ada 1 Tionghoa namanya Dokter Yap Tjwan Bing. Oleh Walikota Solo Joko Widodo dijadikan nama jalan di Solo menggantikan nama Jalan Pejagalan. Kalau orang yang merekam pertama kali lagu Indonesia Raya dan dikejar-2 Belanda bernama Yo Kim Tjan pemilik Toko Populair di Pasar Baru, Batavia. Rekaman dilakukan tahun 1926, sebelum Sumpah Pemuda 1928. Setelah situasi aman, kembali ke Jakarta dan Proklamasi diadakan di tempat yang sekarang menjadi Tugu Proklamasi.

Selanjutnya Sumpah Pemuda 1928 diadakan di Jalan Kramat Raya 106, dirumah Sie Kok Liong. Rumah Sie Kok Liong juga dihuni oleh M. Yamin, Asaat, Amir Sjarifudin, Soegondo Djojopoespito, Setiawan, Soejadi, Mangaradja Pintor, A.K. Gani, Mohammad Tamzil dan Assaat dt Moeda. Ada 3 pemuda Tionghoa Sumsel di Sumpah Pemuda 1928.

Sehari sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta diamankan di rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok. Hingga sekarang, rumah tersebut masih berdiri dan dijadikan cagar budaya bersejarah.

Naskah lagu Indonesia Raya pertama kali diterbitkan di Indonesia jaman penjajahan oleh Koran Melayu Tionghoa Sin Po, sebagai edisi khusus Oktober 1928 bersama Sumpah Pemuda.

Lahirnya Indonesia dibidani oleh semua kelompok, tidak ada yang lebih berjasa dan tidak ada yang tidak berkorban dalam berbagai bentuk. Mari saling menghargai dan menyayangi. (KLVD)

Menteri Indonesia yang Terlupakan


Soekarno di dalam istana kepresidenan berkata : “Saya panggil Mr. Oei untuk diangkat menjadi Menteri yang akan membantu Presiden dan Presidium (Dr. Subandrio, Dr. Leimena, dan Chaerul Saleh). Bagaimana?” Oei Tjoe Tat menjawab polos, “Mengagetkan, tak pernah saya impikan dan inginkan.” Rupanya Bung Karno tidak berkenan dengan jawaban itu, sehingga memberondong Oei dengan pertanyaan yang bertujuan menguji loyalitasnya sebagai kader Partindo, ketaatannya kepada Presiden Republik Indonesia dan Pemimpin Besar Revolusi, dan sebagainya, dan sebagainya. Oei Tjoe Tat pun akhirnya menerima baik pengangkatan itu. Apalagi setelah Bung Karno dengan suara berat berkata, “Sayalah yang menentukan kapan Bangsa, Negara, dan Revolusi memerlukan Saudara, bukan Saudara sendiri.”

Terakhir, Oei Tjoe Tat kembali bikin "PERKARA” dengan Bung Karno, ketika ia melontarkan pertanyaan, “Apakah nanti sebagai Menteri Republik Indonesia saya sebaiknya mengganti nama, dan apakah Presiden berkenan memilihkan nama baru saya?” 
Muka Bung Karno sontak merah, dan berkata meledak-ledak, “Wat? Je bent toch een Oosterling?... Heb je gen respect meer voor je vader, die je die naam heft gegeven…” (Apa?... Kamu kan orang Timur, Apa kamu sudah kehilangan hormat pada ayahmu, yang memberi kamu nama itu?...” 
Jawaban Bung Karno ditangkap jelas oleh Oei Tjoe Tat, bahwa Presiden Sukarno bukan rasialis. Sepulang dari Bogor dan menceritakan pengalamannya itu, istrinya hanya melongo.


Soekarno Mendobrak PBB

Salah satu yang tampak terlihat dari sosok Presiden Soekarno adalah percaya diri. Soekarno adalah salah satu contoh pemimpin dunia yang berani mendobrak dan membuat gebrakan-gebrakan spektakuler yang mengagumkan dan ditakuti oleh dunia internasional. Mau tidak mau, aturan di dunia internasional, akan tunduk dan mengikuti aturan yang dibuat oleh bung Karno. Tidak hanya di negara dunia ketiga (negara-negara yang tetap tidak selaras dengan baik terhadap NATO (dengan Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat dan sekutu yang mereka wakili sebagai Dunia Pertama), atau Blok Komunis (dengan Uni Soviet, Cina, Kuba, dan sekutu yang mereka wakili sebagai Dunia Kedua).

Negara adidaya pemimpin negara-negara didunia seperti Amerika pun, akan berpikir seribu kali, jika berhadapan dengan Soekarno. Disetiap kunjungan kenegaraan presiden Soekarno di berbagai negara, akan selalu menjadi berita utama dalam media massa negara yang dikunjunginya dan negara-negara tetangga sekitarnya.

Soekarno Berpulang

Detik-detik terakhir bung Karno adalah peristiwa yang sangat menyedihkan bagi bangsa Indonesia, karena dari sanalah awal mula runtuhnya wibawa bangsa di mata nasional dan internasional. Tidak ada lagi yang berani berteriak menggelegar, menggeledek menggertak dan menghadapi gertakan Amerika, PBB serta kalimat-kalimat ganyang Malaysia yang membuat kita merasa merinding sekaligus bangga menjadi bangsa Indonesia.

Soekarno Meminang Rahmi Untuk Hatta


Jalan Pajajaran Bandung, ketika jaman dahulu masih bernama Burgemeester Coopweg 11 kedatangan seorang tamu yaitu, Bung Karno.

Dalam kunjungan dan pertemuan tersebut, Bung Karno yang kelak dikemudian hari menjadi salah satu proklamator Indonesia tersebut mengajukan pertanyaan kepada sang tuan rumah, "Siapakah gadis tercantik di Bandung ?".

Sang tuan rumah pun berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bung Karno, "Siapa ya ?... Olek, puteri ibu Dewi Sartika. Meta Sam Joedo, anak seorang dokter terkenal di Bandung. Mieke, yang masih kerabat dokter Sam Joedo. Kenapa ?..... Ada apa mas ?..... Koq tanya-tanya soal gadis cantik ?.....".

Soekarno dan Mahasiswa


Delegasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), bertemu dengan Presiden Soekarno untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa, 18 Januari 1966. Pada hari sebelumnya 15 Januari 1966, adalah pertemuan yang pertama dan hanya berlangsung singkat saja yang saat itu bertepatan dengan Sidang Paripurna Kabinet serta penurunan harga.

Soekarno Bukanlah Komunis


Katerlibatan Presiden Soekarno dengan komunis sering terdengar dan bahkan tak jarang Soekarno juga dituding sebagai komunis oleh awal-awal berdirinya kekuasaan Orde Baru Soeharto.
Kenapa hal seperti itu di hembuskan kepada masyarakat Indonesia waktu itu dan hingga sampai pada hari ini, masih banyak yang menganggap kalau Soekarno adalah seorang komunis.

Jawabanyya adalah, karena bangsa Indonesia sangat relijius dan tidak bisa menerima kehadiran komunisme. Maka, dengan isu dan fitnah kalau Soekarno adalah seorang komunis, pasti akan mudah melepaskan dan melupakan seorang bapak pendiri negeri serta menghapuskan sosok kepahlawanan bangsa yang sebetulnya, itu adalah salah satu sarana pengikat persatuan dan kesatuan bangsa. Ikatan-ikatan batin masyarakat Indonesia terhadap Founding Father menjadi kendur dan lepas, melalui isu tuduhan keji yang di hembuskan Orde Baru beserta antek-anteknya.

Presiden Soekarno lahir bukanlah seorang yang lahir dari keluarga "pak haji". Ibunya berasal dari Bali, yang sebelumnya memeluk agama Hindu sebagai keyakinannya dan ayahnya, adalah seperti kebanyakan pemeluk gama Islam Jawa tempo doeloe, yakni seorang muslim "abangan". Beliau mengenal rukun Islam, beliau juga menjalankan kewajiban-kewajiban seperti ajaran dalam agama Islam, beliau juga masih menjaga tradisi adat istiadat Jawa kuno seperti, perhitungan hari, mitoni (selamatan wanita hamil & bayi dalam kandungan), selamatan orang meninggal, dll.

Soekarno mulai mengenal Islam lebih dalam pada usia 15 tahun, ketika duduk dibangku HBS (Holland Burger School). Saat itu yang mengajarkan tentang hal keislaman adalah HOS. Tjokroaminoto. Bahkan, Soekarno kecil pun juga termasuk rajin dalam pengajian-pengajian Muhammadiyah di gang Paneleh , Surabaya tempatnya mondok di rumah keluarga Tjokroaminoto. Sekali dalam sebulan, Soekarno kecil mengaji hingga larut malam.

Pendalaman Soekarno tentang Islam semakin ia perdalam di tahun 1928, ketika dia berada di dalam sel 233, penjara Sukamiskin di Bandung. Segala macam suber bacaan yang berkaitan dengan politik tidak diperbolehkan. Maka, Soekarno lebih memperdalam Al Quran di dalam sel nomor 233 tersebut. Dalam biograi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adam, Soekarno tak pernah meninggalkan kewajiban sholat 5 waktu dalam sehari.

 Dan Soekarno selalu menjawab segala sesuatu dengan "Insya Alloh (kalau Alloh menghendaki)". Mungkinkah bagi seseorang yang melakukan kewajiban sholat 5 kali dalam sehari, bersujud dan menyebut nama Alloh SWT adalah seorang komunis ?..... Tanyalah dia, "Hei Soekarno, apakah engkau akan pergi ke Bogor minggu ini ?...", dan Soekarno akan menjawab "Insya Alloh (kalau Alloh menghendaki)". Apakah orang yang seperti ini pantas disebut sebagai seorang komunis, oleh mereka, orang-orang yang mengaku beragama ?........

Bertahun-tahun ia hidup dibalik teralis besi penjara. Dikegelapan malam, ia mengintip bintang-bintang dilangit dari lubang kecil penjara, mengintip sinar rembulan yang melintas. Masa-masa dimana Soekarno, tidak dapat menyaksikan secara jelas indahnya sinar bulan purnama dan kerlap-kerlip bintang di langit. Soekarno hanya mampu pasrah. Ia tak tahu nasib apalagi yang akan ia temui setelah fajar terbit pagi nanti. Dalam kisahnya, Soekarno menuturkan bahwa, dalam keadaan seperti itulah, sholat lail (sholat malam) nya menjadi lebih khusyuk dan dirinya menjadi sangat begitu dekat dengan Alloh SWT.

Pendalaman dalam membaca Al Quran yang terus menerus menyebabkan Soekarno berada dalam kesadaran tinggi. Soekarno mampu memahami betul arti dari kehidupan. Tuhan tidak terhingga, melebihi batasan akal manusia dan meliputi seluruh jagat semesta. Ia Maha Kuasa, Maha Ada , Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, menjaga kita, membimbing kita dan melindungi kita. Apakah orang yang seperti ini pantas disebut sebagai seorang komunis, oleh mereka, orang-orang yang mengaku beragama ?........


Pada kesadaran tinggi yang sedemikian hebatnya, Soekarno bertobat dan menjadi se-insyaf-insyafnya manusia, bahwa tidak ada suatu apapun yang pantas untuk di takuti dimuka bumi ini, karena sesungguhnya Tuhan tidak jauh dari kesadarannya. Yang selalu ia alakukan adalah selalu bermunajat menyebut nama-NYA dan Soekarno pun memasrahkan setiap derap langkahnya supaya selalu mendapat perlindungan, bimbingan dan pertolongan, dalam menggelorakan revolsi kemerdekaan bagi negeri yang ia cintai.

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 4


HALAMAN 1
HALAMAN 2
HALAMAN 3

"Saya mengarahkan senjata dan dor.....". Penembak itu adalah Boengkoes, mantan bintara Tjakrabirawa. Sersan Mayor adalah pangkat terakhirnya sebelum ia mendekam selama 33 tahun di LP. Cipinang, Jakarta. Menurut anak kedua Boengkoes yang bernama Hernawati, ayaknya sudah tak berdaya selama enam bulan akibat serangan stroke. Ia mengalami kesulitan berbicara dan sepasang kaki dan tangannya separuh lumpuh. Boengkoes terbaring lemah di rumah anak ke empatnya, Juwartinah yang bersebelahan dengan rumah Hernawati di Jalan PG Demaas, Kalak, Kec. Besuki Situbondo Jawa Timur.

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 3


HALAMAN 1
HALAMAN 2
Saat mengemban tugas di Cadangan Umum inilah, Boengkoes terpilih untuk menjadi bagian dari Banteng Raiders I di Magelang. Tak berselang lama, ia pun direkrut dan bergabung bersama pasukan Tjakrabirawa. Menurut pengakuan Boengkoes kepada Ben, meskipun Boengkoes sudah bersama Untung di Banteng Raiders, tetapi mereka baru bisa bertemu ketika sudah berada di Jakarta. "Saya belum kenal Untung, waktu di Srondol", kata Boengkoes.

Meski Boengkoes menderita disentri dan wasir, tetapi tidak membuatnya kesulitan saat mendaftar jadi Tjakrabirawa. Meski penyakitnya tersebut sudah disampaikannya, tetapi esoknya Boengkoes malah dikabari bahwa dirinya sehat. Hal yang membahagiakan Boengkoes saat itu adalah ada ratusan personel Banteng Raiders yang lolos seleksi. Jumlah mereka dari Jawa Tengah, yang lolos seleksi adalah yang terbesar dan cukup untuk membentuk satuan kompi. Tugas utama mereka adalah berjaga di istana kepresidenan, menggantikan Polisi Militer yang sudah ada sebelumnya.

Boengkoes pun mengatakan kepada Ben Anderson bahwa Doel Arief adalah teman sehidup semati. Mereka sering ngobrol dalam bahasa daerah Madura. Menurut cerita Boengkoes, dahulu kala ia bersama Doel Arief pernah menyusuri pasar senen Jakarta dan terdapat sebuah warung es cendol asal Pasuruan yang terdapat dua gadis cantik membantu pedagang disana.

"Kami duduk berbincang dan membicarakan kedua gadis tersebut menggunakan bahasa Madura. Tiba-tiba mereka tersenyum karena mengerti apa yang mereka bicarakan. Ternyata pedagang cendol tersebut ternyata mengaku berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Wah, mati aku", ujar Boengkoes.

Keanehan setelah peristiwa berdarah 30 September 1965 masih menyisakan misteri hingga hari ini. Setelah kejadian itu, Doel Arief dan Djahurup hilang tak berbekas. Heru mengatakan bahwa setelah terjadinya malam berdarah tersebut, sejumlah 60 personel anggota Batalyon I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa melarikan diri ke Jawa Tengah.

Batalyon yang melarikan tersebut dihadang pasukan CPM saat tiba di Cirebon. Menurut Wakil komandan Rezimen Tjakrabirawa Maulwi Saelan, awalnya mereka sengaja singgah ke asrama TNI Cirebon dikarenakan tidak membawa perbekalan makanan. Atas laporan salah seorang prajurit yang saat itu berada diasrama tersebut, Maulwi Saelan memerintahkan untuk menahan mereka terlebih dahulu. "Saya perintahkan mereka untuk ditahan dahulu. Pasukan dari Jakarta yang akan menjemput mereka".


Akan tetapi, Doel Arief dan Djahurup lenyap hilang tak berbekas. Selanjutnya, dalam persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa yang digelar pada tahun 1966, hanya Kopral Hardiono selaku bawahan Doel Arief sajalah yang dihadirkan dan dituduh bertanggung awab atas penculikan para jenderal itu.

Doel Arief dan Djahurup yang tidak bisa dhadirkan dalam persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa tersebut, menuai banyak tanya. Apakah mereka berdua disembunyikan oleh Ali Moertopo ?..... Entahlah, jawab Heru Atmodjo.

BERSAMBUNG KE HALAMAN 4

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 2

HALAMAN 2

Menurut Ben Anderson, makalah ini semakin melengkapi Cornell Paper yang terkenal itu. Setahun setelah peristiwa berdaran 1965, bersama Ruth Mc Vevy dan Fred Bunnel, Ben menulis Cornell Paper. Ketika itu, Ben mengira bahwa yang terlibat dalam peristiwa tersebut kesemuanya bukan orang-orang dari suku Jawa. Hampir kesemua prajurit Tjakrabirawa yang terlibat dalam peristiwa tersebut adalah orang-orang berdarah Madura, termasuk pimpinan yang memberi perintah juga berdarah Madura.

Doel Arief selaku pimpinan pasukan atas terjadinya insiden penculikan dan pembunuhan pada hari Kamis, 30 September 1965 tersebut adalah juga berdarah Madura. Tak hanya itu, Doel Arief juga orang yang dekat dengan Ali Moertopo, intelejen Soeharto. Doel Arief dan Ali Moertopo saling mengenal ketika masih di Banteng Raiders, yaitu pada tahun 1950-an ketika mereka sama-sama berperang menumpas Darul Islam di Jawa Tengah pimpinan Kartosuwiryo.

Tentang kedekatan antara Doel Arief dan Ali Moertopo juga dibenarkan oleh Letnan Kolonel Udara (Purnawirawan) Heru Atmodjo. Letkol Heru Atmodjo inipun juga berdarah Madura dan di ikut sertakan dalam Dewan Revolusi. Doel Arief itu adalah anak angkat dari Ali Moertopo, kata Heru Atmodjo menjelaskan.

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 1

Ditemukan bukti-bukti indikasi oleh Benedictus Anderson tentang pelaku lapangan yang bertindak sebagai algojo yang bertugas menculik dan menghabisi para jenderal adalah berasal dari kelompok Madura, yang beberapa diantaranya sudah dikenal baik sejak tahun 1950-an baik salah seorang intelejen Soeharto, yaitu Ali Moertopo.

Seorang pria tua yang sedang duduk menyandar disebuah ranjang besi tua. Usianya sudah terbilang tua, dengan kepayahan dia memasukkan makanan kedalam mulut kempotnya. Pria tua bernama Boengkoes yang berusia 82-an tahun tersebut, tampak lemah tak berdaya diatas dipan usangnya akibat mengalami Stroke. Bekas prajurit bintara Tjakrabirawa itu kini tinggal dirumah anaknya di daerah Besuki, Situbondo-Jawa Timur. Boengkoes yang merupakan salah satu diantara algojo dalam peristiwa berdarah 30 September 1965 tersebut kini hanya pasrah dengan penyakit dan keadaan yang menimpanya, sambil menunggu maut menjemput dirinya.

Pria yang memiliki darah keturunan Madura itu berpangkat sersan mayor, yang pada peristiwa berdarah September 1965 lalu mendapat tugas untuk membawa paksa Mayor Jenderal M.T Harjono, Deputi III Menteri/ Panglima Angkatan Darat.

CIA Mengincar Soekarno I


Sabtu , 7 Desember 1957, sekitar pukul 19.39 panglima tertinggi Angkatan Laut Amerika Serikat yang bertugas di Asia Pasifik, Felix Stump mendapat perintah melalui pesan radio dari Laksamana Arleigh Burke, seorang kepala operasi Angkatan Laut . Isi daripada pesan radio tersebut adalah, bahwa dalam waktu empat jam kedepan, pasukan yang ditugaskan di Teluk Subic-Filipina, mulai bergerak menuju ke arah selatan, yaitu perairan Indonesia. Dan himbauan untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang ada, dikarenakan keadaan Indonesia dalam empat jam kedepan akan menjadi lebih kritis. Kurang lebih begitulah isi dari telegram radio tersebut.

CIA MENGINCAR SOEKARNO II


HALAMAN I

Bagi Amerika Serikat, inilah kesempatan jitu untuk melaksanakan rencana III untuk mengintervensi militer terbuka di Republik Indonesia.  Presiden Soekarno harus segera dilenyapkan dengan segera. Dibawah Allen Dulles, CIA telah merencanakan dengan matang strategi dan taktik licik.  Dengan mempergunakan jaringannya yang berada di Singapura, Jakarta dan London, agen-agen CIA berkali-kali melakukan komunikasi khusus dengan Sumitro Djojohadikusumo, sang pencari dana untuk pemberontakan. Dan juga perwira yang memiliki mental pembangkang Kolonel Simbolon, Kolonel Fence Sumual. Dan masalah ini juga telah di jabarkan oleh Audrey R Kahim dan George Mc T Kahim dalam bukunya, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri.
Saat perintak memberangkatkan armada VII di keluarkan, keputusan tersebut tampak tergesa-gesa. Karena kurang dari dua jam sebelum pasukan tempur tiba, percakapan melalui telepon antara presiden Amerika Serikat, Eisenhower dan Menlu John Foster Dulles tampak seperti mengalami kepanikan dan kebingungan.  Bingung untuk menjawab nantinya, atas dasar apa, intervensi tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat ?.....
Inggris selaku sekutu dekat Amerika Serikat, sempat tidak setuju dan menolak hal tersebut, hingga akhirnya kapal-kapal perang tersebut berbalik kembali ke pangkalan nya. Tetapi, setelah Amerika melakukan pendekatan secara intersif, hingga pada akhirnya pada hari Senin, 23 Desember 1957 Harold Macmillan selaku Perdana Menteri Inggris menyetujui dan menjalin kerjasama, sebuah operasi untuk menggempur Indonesia, menumbangkan presiden Soekarno.
Akhirnya, Gedung putih Amerika Serikat, pada pertengahan tahun 1958 mengakui kegagalannya menegakkan demokrasi dan membendung arus komunisme yang melanda Indonesia saat itu. KSAD Jenderal TNI AH. Nasution yang dikenal Amerika Serikat sebagai orang yang anti terhadap komunisme, telah bergerak diluar perkiraan mereka. 

KSAD Jenderal TNI AH. Nasution berhasil menerjunkan pasukannya dan merebut bandara Sultan Sjahrir Kasim di Pekan Baru, Riau-Sumatera. Mulai dari pantai timur  marinir di siagakan, guna memotong pertahanan PRRI Permesta. Ahirnya, Dumai yang tadinya dikuasai oleh kolonel pembangkang, berhasil direbut oleh pasukan TNI dibawah komando Jenderal Nasution.

Pasukan pembangkang yang dipimpin oleh Kolonel Akhmad Husein pun akhirnya pergi melarikan diri meninggalkan semua alat tempur, termasuk senjati anti serangan udara yang kala itu belum sempat digunakan, karena mereka tidak menduga akan adanya serangan tersebut. Pesan rahasia yang disampaikan Armada VII untuk supaya segera di hancurkan, tidak lagi di gubris. Padahal, ladang minyak Caltex inilah yang kelak dapat dijadikan alasan intervensi Amerika ke Indonesia. Sejumlah dua batalyon marinir Amerika Serikat sudah bersiap siaga dan kurang dari 12 jam, marinir Amerika ini akan segera tiba di Dumai. Sejak saat itu, tamatlah PRRI yang digerakkan oleh para kolonel pemberontak serta tokoh PSI dan Masyumi, dan Pentagon Amerika pun tercengang dengan ulah nekat KSAD Jenderal TNI AH. Nasution.
Meski pasukan PRRI semakin teresak, Sumito Djoohadikusumo selaku wakil PRRI yang kala itu sedang berada di pengasingan, tetap merasa optimis. TNI bererak dan berhasi merebt kota dei kota, hingga pada akirnya, PRRI selaku pemberotak hanya mampu melakukan perlawanan secara bergerilya secara terbatas. Ditambah lagi, semakin berkurangnya dukungan rakyat kepada pasukan-pasukan penghianat, hingga akhirnya terjadi perpecahan dari dalam tubuh PRRI.
CIA Amerika Serikat gagal karena salah melangkah, atas rujukan CIA pula, Amerika Serikat berhasil mengirimkan 8.000 pucuk senjata api yang rencananya bisa di gunakan oleh PRRI Permesta. Kiriman ini belm berupa senjata-senjata berat seperti senapan mesin, mortir meriam,senjata ant udara dan senjata anti tank, mash banyak lagi senjata-senjata dan bahan peledak yang lainnya. Amerika juga berasil merekrut dan memberikan pelatihan kepada sejumlah prajurit Dewan Banteng dan Dewan Gajah, yang di berangkatkan menggunakan kapal selam, menuju pangkalan militernya di Okinawa, Jepang. Meski latihan militer yang disiplin serta didukung oleh sistem persenjataan modern kala itu, tetap bukanlah jaminan untuk meraih kemenangan dalam menghadapi pertempuran yang sesungguhnya.
Presiden Eisenhower semakin geram, karena kelompok PRRI Permesta yang disebutnya sebagai "PATRIOT" itu semakin terhimpit dengan nafas yang makin tersengal-sengal. Tetapi, CIA dan intel Angkatan Laut Amerika tetap meyakinkan dengan berita-berita palsu dan keliru. Laporan mereka menyebutkan bahwa jika tidak diteruskan memberikan bantuan persenjataan maka, komunis akan segera menguasai Malaya, Thailand, Kamboja dan Laos, dan ini sangat berbahaya bagi dunia barat. Untuk menangkal hal tersebut Amerika tetap harus mengirimkan bantuan persenjataan untuk dapat digunakan oleh pasukan pemberontak anti komunis di dunia timur, khususnya untuk PRRI Permesta di wilayah Sulawesi Utara, Indonesia.

Akibat kekalahan perang, PRRI Permsta di Sumatera, Penerbang Amerika Serikat dan Taiwan memberi perlindungan payung udara kepada PRRI Permesta yang berada di Sulawesi Utara. Berkali-kali dan silih berganti, pesawat-pesawat pengebom berhasil memutus jalur transportasi laut. Ambon, Makassar dan Balikpapan di hujani bom, yang mengakibatkan korban terus bertambah.
Akan tetapi, segala upaya dan usaha Amerika ini mengalami kegagalan untuk memaksa Jakarta menyerah. Serangan demi serangan, dibalas pula dengan serangan dan gempuran yang lebih hebat. Jenderal Nasution terus mengerahkan dan menyiapkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengambil alih dan menguasai satu demi satu yang dikuasai PRRI Permesta.  Akhirnya, pada hari Minggu, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) berhasil menembak jatuh sebuah pesawat pengebom dan menangkap hidup-hidup pilot bernama Allen Pope, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Hal ini tidak hanya membuat Amerika terkejut, tetapi juga dunia internasional. Ditambah lagi, Allen Pope mengaku, bahwa dirinya diperintahkan oleh CIA. Sungguh pada waktu itu, militer Indonesia sangat di kagumi oleh dunia internasional dan Amerika di kecam habis-habisan tiada henti.

Bagaikan tak memiliki perasaan bersalah, Amerika malah memelintir berita, mulai dari bantuan peralatan perang dan latihan militer, serta menyebarkan isue-isue tentang adanya ancaman komunisme terhadap stabilitas di belahan Asia Timur. Akhirnya, dengan tertangkapnya Allen Pope inilah, presiden Soekarno berhasil memelintir leher Amerika dan mempermainkannya presiden ke-34 Amerika.

BERSAMBUNG KE HALAMAN III

CIA Mengincar Soekarno III


HALAMAN I
HALAMAN II

Bagaikan tak memiliki perasaan bersalah, Amerika memelintir berita,mulai dari bantuan peralatan perang dan latihan militer, serta menyebarkan berita bohong tentang adanya ancaman komunis terhadap stabilitas di belahan Asia Timur. Akhirnya, dengan tertangkapnya Allen Pope inilah, presiden Soekarno berhasil memelintir leher Amerika dan mempermainkannya.

Bung Karno Dan Arif

Sudah sering dan kita ketahui bersama, bahwa cita-cita untuk mendirikan sebuah Republik Indonesia, telah ditebus dengan tumbal darah, airmata dan harta. Namun, berjuang dari balik sebuah kemudi taksi, juga patut kita hormati karena, seorang supir taksi telah turut serta dalam mengambil bagian untuk jalannya Revolusi sebuah negeri.

Soekarno Tahu Gerakan Soeharto


Untuk duduk sebagai seorang presiden sebuah negara mungkin tidaklah sulit, akan tetapi menjadi seorang pemimpin tidaklah semudah yang dibayangkan. Untuk dapat duduk disinggasana kepresidenan bisa didapat melalui dukungan kematangan dan taktik sebuah rencana dan strategi politik. Akan tetapi, untuk dapat menjadi seorang pemimpin sebuah negeri, hal yang paling dibutuhkan adalah kekuatan mental serta kesiapan lahir dan batin dalam menerima segala macam resiko serta kerelaan untuk berkorban waktu, tenaga, jiwa dan raga demi negeri, rakyat dan bangsa yang dipimpinnya secara ikhlas.

Pena Soekarno


Pada tahun 1920-an, saat usia Soekarno masih belasan tahun, Soekarno sudah berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Soekarno menerbitkan karya tulisannya melalui media massa Sarekat Islam, Oetoesan Hindia. pada waktu itu, beliau menggunakan nama pena dari tokoh wayang yang bernama Bima.

Pada koran tersebut, Soekarno menuliskan artikel dan opini yang berjumlah sekitar 500-an. Karya tulisan Soekarno sangatlah tajam dan memojokkan kaum imperialisme, kolonialisme dan kapitalisme waktu itu.
"...hantjoeurkan segera kapitalisme jang dibantu budaknja imperialisme dan kolonialism.
Dengan kekoeatan Islam, Insja Allah, itu segera dilaksanakan", itulah salah satu tulisan Soekarno.

Soekarno Menjebak Marshall Green

Marshall Green menyerahkan surat kepercayaan sebagai Duta Besar Amerika Serikat kepada Presiden Soekarno, 26 Juli 1965, di Istana Merdeka, Jakarta, hanya 5 hari sejak kedatangannya di Indonesia. Lima hari merupakan waktu yang sangat singkat, duta besar negara lain harus menunggu beberapa minggu untuk tiba di momen tersebut.

Hubungan AS dan Indonesia memburuk sejak akhir 1950-an. Pemicunya beberapa: konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, ancaman nasionalisasi perusahaan AS di Indonesia, serangan ke kantor perwakilan AS di Indonesia, juga dugaan keterlibatan AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.

Dalam suasana politik semacam itu, Green menyampaikan pidato. Datar dan normatif. Lalu, giliran Soekarno diberi kesempatan bicara.

Soekarno dimata Pemberontak


Sejak awal 1957, koran-koran kiri seperti Harian Rakjat dan Bintang Timur sering merilis berita soal Sumitro Djojohadikusumo. Isinya: tuduhan bahwa ahli ekonomi dan politisi Partai Sosialis Indonesia (PSI) itu terlibat korupsi.