google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Bung Karno Dan Arif

Sudah sering dan kita ketahui bersama, bahwa cita-cita untuk mendirikan sebuah Republik Indonesia, telah ditebus dengan tumbal darah, airmata dan harta. Namun, berjuang dari balik sebuah kemudi taksi, juga patut kita hormati karena, seorang supir taksi telah turut serta dalam mengambil bagian untuk jalannya Revolusi sebuah negeri.

Arif seorang sosok supir taksi yang sungguh telah turut serta dalam merubah sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada sekitar tahun 1930-an, Bung Karno sangat dekat dalam menjalin hubungan dengan M. Husni Thamrin, seorang tokoh pergerakan Betawi.  M. Husni Thamrin ini tinggal di Gang Kenari, Kramat-Jakarta Pusat. Setiap hari minggu, bung Karno selalu naik kereta api dan turun di stasiun Gambir, untuk sekedar menemui M. Husni Thamrin. Setiap kali sampai di peron stasiun Gambir, bung Karno selalu mencari-cari Arif seorang supir taksi langganannya. Arif sendiri justru sering berjalan mengendap-endap kearah bung Karno dari sisi belakang, kemudian menepuk pundak bung Karno. Dan bung Karno merasa kaget kemudian tertawa.

Kemudian mereka berdua naik kedalam mobil taksi dan segera menuju gang Kenari, rumah Husni Thamrin. Arif merasa sangat bangga bisa menghantarkan bung Karno, seorang sosok pergerakan. Dan Arif sering mendengar kisah-kisah yang dituturkan bung Karno tentang masyarakat, negara dan bangsa , tiap berada dalam mobilnya.

Sering kali Arif muda yang saat itu berusia 20-an tahun, merasa rendah diri. Melihat orang-orang seperti bung Karno, Husni Thamrin yang sibuk berjuang mati-matian dengan mengorbankan apa yang mereka miliki, Arif malah sibuk mencari uang untuk keuntungan dirinya sendiri.

Meski hanya sekedar mengantar bung Karno menuju gang Kenari, hatinya sangat senang, karena ia  merasa sudah merasa menjadi bagian dari Revolusi. Sering kali Arif mengantar bung Karno menuju rumah Husni Thamrin tidak langsung mendapatkan upah, karena bung Karno sedang tidak punya uang.

Bung Karno sangatlah baik, jika bung Karno memilki hutang kepada Arif, akan selalu dan segera dilunasi semuanya.
Arif menyadari,bahwa yang dilakukannya tak seberapa, dibanding orang-orang pergerakan yang berjuang demi kemerdekaan nega seperti bung Karno yang mengesampinkan dan tida pedui dengan kehidupan pribadinya, bahkan harus siap menderita demi perjuanganna seperti berhadapan langsung dengan musuh yang menjajah dan siap menerima kurungan penjara selama bertahun-tahun.  Kisah-kisah yang telah bung Karno ceritakan pada arif tentang kekejaman koonialisme, bahaya kapitalisme dan kekuatan marhaenisme benar-enar sudah dimengerti dan dipahami oleh Arif.

Arif masih mengingat pesan kalimat bung Karno yan berbunyi, " Arif, kita harus sadar bahwa kita ini bukan bangsa tempe, tetapi masih cucu elang rajawali. Coba saja siapa yang tidak kenal tokoh Gajah Mada yang dapat menyatukan Majapahit. Bukankah pada waktu itu negara Majapahit berpengaruh sampai luar negeri?... di sinilah Arif, kita harus sadar sesadar-sadarnya, dan ketahuilah tidak seorangpun dapat mengubah nasib bangsanya kalau bangsa itu sendiri tidak mau berusaha, tidak mau bangkit, mengubahnya sendiri".

Hingga pada suatu ketika, bung Karno diantarkan Arif sampai di gang Kenari. Sebelum meninggalkan taksi, bung Karno berpesan agar esoknya beliau dijemput dari rumah Husni Thamrin, lalu diantar menuju stasiun gambir untuk kemudian kembali ke Bandung.
“Besok jemputlah di tempat ini. Jangan lupa Rif, besok pun masih ngutang lagi yaa” kata Bung Karno sambil menepuk pundak Arif.
Arif menyahut, “Bung, jangan berkata begitu terus, bikin malu saya, sampai besok pagi bung!”

Esok harinya, Kamis Legi 1 Agustus 1933 Arif mulai menjemput bung Karno  menggunakan taksinya menuju gang Kenari. Sesampainya di gang Kenari, tempat kediaman M. Husni Thamrin, betapa kagetnya Arif begitu mendengar kabar bahwa, semalam bung Karno ditangkap oleh Belanda.  Arif merasa sedih dan merebahan pungungnya kembali menuju sandaran kursi taksinya, sambil bergumam, "Nasib pejuang, kemarin masih sempat bercanda, hari ini malah meringkuk di penjara".

Selanjutnya, menurut berita yang beredar melalui surat kabar dan para pejuang bahwa, bung Karno dianggap bersalah oleh pihak Belanda. Dan untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya, maka bung Karno dibuang ke Ende, kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Sampai akhirnya pada tahun 1942, tentara Jepang berhasil menduduki dan menguasai Indonesia, Arif tak pernah lagi bersua dengan bung Karno.

Ketika Jepang menguasai Indonesia, pada sutu malam Arif kedatangan seorang tamu yang sangat dia kenal.Dia tak lain dan tak bukan adalah bung Karno. Bung Karno menyapa Arif dengan ramah, pertemuan itu berlangsung tidak lama. Tujuan bung Karno mengunjungi Arif pada malam itu adalah melunasi semua hutang-hutangnya dimasa yang lampau, sekaligus menawari Arif untuk mau menjadi supir pribadi bung Karno.

Arif selalu menemani kemanapun bung Karno pergi. Bung Karno tidak lupa akan jasa orang kecil seperti Arif. Seorang supir taksi bagi sebuah jalannya revolusi. Arif merasa terhormat mendapat kesempatan itu. Arif setia mendampingi bung Karno hingga akhirnya dia mohon untuk mengundurkan diri pada tahun 1960. Bung Karno pun bertanya tentang keinginan Arif setelah berhenti bekerja. Denga cara seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatya, Arif pun menyampaikan cita-citanya unuk dapat pergi ke tanah suci. Ahirnya, bung Karno mengijinkan Arif untuk pergi menunaikan ibadah haji. 

Sumber: Pena Soekarno

0 komentar:

Posting Komentar

Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]