google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CIA Mengincar Soekarno I


Sabtu , 7 Desember 1957, sekitar pukul 19.39 panglima tertinggi Angkatan Laut Amerika Serikat yang bertugas di Asia Pasifik, Felix Stump mendapat perintah melalui pesan radio dari Laksamana Arleigh Burke, seorang kepala operasi Angkatan Laut . Isi daripada pesan radio tersebut adalah, bahwa dalam waktu empat jam kedepan, pasukan yang ditugaskan di Teluk Subic-Filipina, mulai bergerak menuju ke arah selatan, yaitu perairan Indonesia. Dan himbauan untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang ada, dikarenakan keadaan Indonesia dalam empat jam kedepan akan menjadi lebih kritis. Kurang lebih begitulah isi dari telegram radio tersebut.

Basis Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat kala itu mengalami hiruk-pikuk dan kesibukan yang sangat luar biasa. Pasukan yang ditugaskan menggunakan kekuatan satuan kapal penghancur yang dipimpin oleh kapal penjelajah Pricenton mulai melaju membawa peralatan tempur dari Divisi Marinir III dan 20 buah Helikopter.  Mulai berangkatlah satuan tugas kapal penjelajah dan kapal penghancur tersebut dengan kecepatan sekitar 20 knot per jam. Laksamana Arleigh Burke juga telah mewanti-wanti, supaya tidak berlabuh di pelabuhan manapun.
Rakyat Indonesia tidak mengetahui keadaan kritis dan genting kala itu. Ditambah lagi, dalam tubuh Angkatan Darat kala itu sedang terjadi perpecahan antara mereka yang mendukung dan anti terhadap Jenderal Nasution dan tidak menyukai kepemimpinan Presiden Soekarno pada saat itu, telah mengalami titik ambang batas, sehingga partai-partai politik pun juga mengalami perpecahan demi memperebutkan kekuasaan dan jabatan.
Kabinet saat itu mengalami ketidak seimbangan, rata-rata usianya hanya mencapai 10-11 bulan. Hanya kabinet Juanda yang merupakan koalisi PNI dan NU yang sempat bertahan hingga 23 bulan. Keadaan semakin mengkhawatirkan dan membingungkan hingga ke daerah-daerah. Setiap daerah terus bergejolak. Pemberontakan di daerah-daerah terjadi sejak militer menyelundupkan karet, kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) dan hasil-hasil bumi yang lain.
Tentara Indonesia yang lahir serta berkembang dari milisi berdasar dari orientasi-ideologi pemimpinnya.  Militer tetap menjadi alat dari parpol seperti PNI, Masyumi, PKI dan lain sebagainya. Sungguh terlalu kerdil jika tindakan beberapa  perwira mengepung istana Bogor lalu mengarahkan meriam pada Jumat, 17 Oktober 1952 jika hanya sebagai bentuk ketidak puasan. Demikian juga dengan ulah kolonel Zulkifli Lubis yang berani coba-coba untuk menguasai Jakarta, yang sebelumnya juga telah merencanakan pembunuhan terhadap presiden Soekarno dalam peristiwa Cikini.

BERSAMBUNG KE HALAMAN II

0 komentar:

Posting Komentar

Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]