Salah satu yang tampak terlihat dari sosok Presiden Soekarno adalah percaya diri. Soekarno adalah salah satu contoh pemimpin dunia yang berani mendobrak dan membuat gebrakan-gebrakan spektakuler yang mengagumkan dan ditakuti oleh dunia internasional. Mau tidak mau, aturan di dunia internasional, akan tunduk dan mengikuti aturan yang dibuat oleh bung Karno. Tidak hanya di negara dunia ketiga (negara-negara yang tetap tidak selaras dengan baik terhadap NATO (dengan Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat dan sekutu yang mereka wakili sebagai Dunia Pertama), atau Blok Komunis (dengan Uni Soviet, Cina, Kuba, dan sekutu yang mereka wakili sebagai Dunia Kedua).
Negara adidaya pemimpin negara-negara didunia seperti Amerika pun, akan berpikir seribu kali, jika berhadapan dengan Soekarno. Disetiap kunjungan kenegaraan presiden Soekarno di berbagai negara, akan selalu menjadi berita utama dalam media massa negara yang dikunjunginya dan negara-negara tetangga sekitarnya.
Disebuah sidang umum yang di gelar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Presiden Soekarno dengan pakaian serba putih dengan kopiah, kacamata dan tongkat komando, sama sekali tak menghiraukan protokoler dalam sidang umum tersebut.
Pada umumnya di sidang PBB, setiap pemimpin negara naik ke podium hanya sendirian, akan tetapi Presiden Soekarno saat itu yang baru pertama kali dalam organisasi internasional tersebut, didampingi oleh seorang ajudan nya yaitu Letnan Kolonel CPM M. Sabur.
Selang lima tahun kemudian, sejak peristiwa Presiden Soekarno memberikan pidato pertamanya dalam organisasi internasional PBB, Soekarno menyatakan diri bahwa Indonesia keluar dari PBB tersebut, per tanggal 1 Januari 1965.
Keluarnya Indonesia dari PBB tersebut berawal dari tidak setujunya Presiden Soekarno dengan diterimanya Malaysia sebagai anggota PBB. Presiden Soekarno secara terang-terangan menyatakan ketidak sukaannya kepada Malaysia. Karena posisi PBB yang tidak berwibawa di hadapan Negara-negara Besar.
Soekarno secara lantang memprotes keras, tidak ingin Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan di PBB. Karena bagi Soekarno, Malaysia adalah antek nya kolonialisme Inggeris. Ketika Pemimpin Besar Revolusi Indonesia mengeluarkan keputusan keluar dari PBB tersebut, Sekjen PBB yang bernama, Maha Thray Sithu U Thant dari Permanent Mission of the Republic of Indonesia (PTRI) New York tersebut, menggigil ketakutan setengah mati. Ia tak menyangka, Presiden Indonesia itu mampu mengamuk sedemikian hebat akibat kecewa, karena Malaysia diterima bergabung di organisasi internasional PBB.
Tak hanya itu, sebenarnya Soekarno juga sering merasa kecewa dengan hasil kinerja dan keputusan Dewan Keamanan PBB saat itu. Bung Karno memang orang yang keras dan tegas, bahkan secara terang-terangan, bung Karno tidak menyukai sistem yang ada di PBB, dikarenakan dalam organisasi internasional tersebut, lebih di dominasi oleh bangsa-bangsa barat, tanpa memperhitungkan efek samping masalah yang dialami Dunia Ketiga akibat kebijakan dan keputusan PBB.
Maka mulailah Bung Karno bergerak melawan negara-negara besar yang disebut sebagai Neo Kolonialisme Imperialisme atau Oldefo (Old Establish Forces/ kekuatan-kekuatan mapan yang lama/ kuno). Bung Karno menilai perlu adanya badan dunia yang netral dan berwibawa di hadapan Negara-negara besar. Negara-Negara besar yang baru saja berdiri sebagai suatu bangsa menurut Bung Karno adalah Negara-negara NEFO (New Emerging Forces, Kekuatan-kekuatan yang baru bangkit).
Hal ini berawal ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Indonesia tidak mengundang Israel karena dinilai sebagai negara penjajah dan Taiwan dianggap sebagai kekuatan tua, karena menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Akhirnya, akibat Israel tidak di undang, Indonesiapun diskors dan tidak diijinkan untuk turut serta dalam Olimpiade Tokyo 1964 bahkan Indonesia juga dikeluarkan dari anggota IOC (International Olympic Committee).
Bung Karno kemudian mengadakan gebrakan baru yaitu, Ganefo (Games of New Emerging Forces) di Senayan, Jakarta dengan peserta-peserta dari Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa. Bung Karno semakin yakin dan percaya diri untuk mendirikan badan baru pengganti PBB yang diberi nama CONEFO (Conferences of New Emerging Forces).
Akhirnya pada tahun 1955, Dunia Ketiga tersebut berhasil menunjukkan kekuatan dan kekompakannya melalui Konferensi Asia Afrika di Bandung. Presiden Soekarno terus menerus mengkoreksi ketimpangan dan berkat perjuangan Soekarno, akhirnya negara Cina dapat diterima, yang saat itu bangsa Cina di isolasi oleh bangsa Barat.
“Kita menghendaki PBB yang kuat dan universal, serta dapat bertugas sesuai dengan fungsinya. Oleh sebab itulah, kami konsisten mendukung Cina,” kata Bung Karno. Cara pandang Soekarno tentang Cina saat itu ternyata benar. Cina tidak hanya langsung diterima oleh PBB sebagai anggota, namun sekaligus juga sebagai Dewan Keamanan PBB. Sudah sejak dahulu, bung Karno memiliki pandangan yang jauh ke depan tentang bangsa Cina yang harus dilibatkan dalam masalah-masalah internasional. Hingga detik ini, Cina sudah mampu menjalankan peranan penting dalam menyeimbangkan kekuatan regional dan internasional.
Hampir seluruh penduduk didunia mengenal kata “globalisasi” atau saling keterkaitan (linkage) antar-bangsa, baik secara ekonomis maupun secara politis. Dalam pidato Soekarno yang berjudul Membangun Dunia Kembali (To Build the World a New), Bung Karno pernah mengucapkannya. “Adalah jelas, semua masalah besar di dunia kita ini saling berkaitan. Kolonialisme berkaitan dengan keamanan; keamanan juga berkaitan dengan masalah perdamaian dan perlucutan senjata; sementara perlucutan senjata berkaitan pula dengan kemajuan perdamaian di negara-negara belum berkembang,” kata bung Karno.
Disetiap kunjungan Presiden Soekarno di negara-negara yang ia kunjungi, selalu menggelorakan aspirasi nasionalisme Indonesia dan juga membawakan/ mewakili suara-suara dan keinginan dari dunia ketiga. Bagi siapapun yang merasa tidak suka dengan bung Karno, mau tidak mau pasti akan mengakui kehebatan bung Karno dalam sepak terjangnya di dunia internasional karena hal tersebut amat sangat membanggakan rakyat Indonesia hingga saat ini, memiliki pemimpin besar seperti bung Karno. Berkat keberhasilan bung Karno dalam mempelopori dan mempersatukan perjuangan dunia ketiga yang menggelegar hingga keseluruh penjuru dunia. Konferensi Asia Afrika atau biasa disebut Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok itulah yang di gagas oleh presiden Soekarno dalam mempersatukan dan memperjuangkan dunia ketiga. Tidak ada pemimpin negara yang seberani seperti bung Karno saat itu dalam hal mengambil sikap atas terjadinya perang dingin yang sedang berlangsung antara blok barat dan blok timur.
Tak lupa pula, bung Karno selalu mengunjungi pusat kesenian dan berjumpa dengan seniman-seniman dinegara yang ia kunjungi. Seperti menonton opera, mengunjungi musium pasti akan dilakukan oleh presiden Soekarno. Bahkan, artis cantik Marlyn Monroe serta Ronald Reagan, seorang aktor muda yang kelak dikemudian hari menjadi presiden Amerika, pernah ia temui di Hollywood.
Pada tahun 1959, tak segan pula, Presiden Soekarno berani memarahi sang tuan rumah, presiden ke-34 Amerika, sekaligus seorang jenderal besar berbintang lima, pahlawan perang negara terkuat Amerika Serikat, Dwight Eisenhower. Bung Karno marah, akibat Dwight Eisenhower terlambat keluar dari ruang kerjanya menemui bung Karno di gedung putih. Coba siapa berani dengan Amerika saat itu ?...berita ini banyak yang tak di ketahui bahkan oleh para pemimpin. Jongos-jongos selanjutnya sengaja menututup-nutupinya.
Kunjungan-kunjungan Presiden Soekarno ke beberapa negara menyebabkan dirinya menjadi tokoh penting dunia ketiga yang selalu menyita perhatian internasional. Bagi Soekarno, semua suku bangsa manusia merupakan satu komunitas tunggal yang memiliki moralitas yang sama.
Karena pesona yang dimiliki oleh Bung Karno serta pemikiran-pemikiran tentang kemanusiaannya yang masuk akal, kecintaannya terhadap seni dan budaya, pengetahuan tentang sejarah dan bahasa tubuhnya yang menyenangkan sehingga menjadikan bung Karno menjadi sosok terpenting tak tertandingi di abad ke-20.
Sumber: Pena Soekarno
Soekarno Mendobrak PBB
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]