Pada suatu siang, di awal tahun 1946, kantor majalah Bintang Merah yang beralamat di Jalan Purnosari-Solo kedatangan tamu tak diundang. Mereka adalah 2 orang tamu wanita yang segera disambut dan di jamu oleh dua orang redaktur majalah yang tak lain adalah Hasan Raid dan Dipa Nusantara Aidit. Dua gadis tersebut mengaku sebagai mahasiswi tingkat III Perguruan Tingi Kedokteran di Klaten-Jawa Tengah. Yang berpipi tembem dan agak sedikit bulat montok mengaku bernama Soetanti. Soetanti oleh teman-temannya biasa dipanggil dengan sebutan RONJE (dalam bahasa Belanda yang artinya: bundar). Awalnya mereka berdua datang hanya sekedar silaturahmi saja. Beberapa hari kemudian, Soetanti mendatangi lagi kantor tersebut bersama teman-temannya lainnya yang berjumlah lebih banyak dari sebelumnya. Kali ini, kedatangan mereka atas nama Sarekat Mahasiswa Indonesia. Lalu mereka mengharap kehadiran Aidit sebagai Ketua Departemen Agitasi Propaganda Partai Komunis Indonesia cabang Solo, untuk memberikan pidato dan dukungan soal politik dan keorganisasian. Akibat dari urusan organisasi tersebut, menyebabkan Soetanti sering hilir mudik Klaten-Solo.