google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Karier Militer Untung Syamsuri 4


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 3

Pada 6 Juni 1962, saat awal mula pasukan Tjakrabirawa di bentuk, terdapat satu batalyon Angkatan Darat, dan sejak bulan Mei 1965, pasukan tersebut di pimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. Untung terpilih sebagai pemimpin pasukan Tjakrabirawa dikarenakan dirinya memiliki keberanian saat mendapat tugas operasi Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) dan berhasil mendapatkan bintang Sakti kehormatan. Dan saat Tjakrabirawa di bentuk, Kapten Rochadi yang awalnya mengajak Untung Syamsuri untuk bergabung dalam pasukan pengaman presiden tersebut.

Kapten Rochadi adalah salah satu dari anggota Tjakrabirawa yang turut serta dalam delegasi Indonesia ke Beijing pada 25 September 1965 dan sejak saat itu tak dapat kembali ke tanah air akibat situasi politik. Terakhir kali terdengar berita bahwa Kapten Rochadi memperoleh suaka dari pemerintah Swedia dan mengganti namanya menjadi Rafiuddin Umar. Kapten Rochadi termasuk orang-orang yang tidak dapat pulang ke tanah air akibat situasi politik saat itu dan di Swedia, ia menjadi orang yang tertutup. Kapten Rochadi juga berasal dari batalyon yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. di Kodam Diponegoro.

Ben Anderson kemudian memulai analisanya dengan mengutarakan karakter JAWA pada Divisi Diponegoro yang sejak awal hingga meletus tragedi 1965, Panglima Kodam nya selalu berasal dari Yogya-Banyumas-Kedu. Kenapa yang menjadi Panglima Kodam Diponegoro bukan orang Batak atau Minahasa, seperti Kodam Siliwangi.

Kodam Diponegoro berada pada wilayah yang penduduknya sangat banyak, bahan pangan tidak seimbang dan berpaham komunis serta sentimen ani-aristokrat-nya cukup kuat. Ketidak puasan ini timbul dikalangan para perwira-perwira Diponegoro, misalnya Kolonel Marjono, Kolonel Suherman dan Letnan Kolonel Usman Sastrodibroto. Di Jakarta terdapat Kolonel Latief dan Letnan Kolonel Untung Syamsuri. Perwira tinggi yang hidupnya tergolong mewah diantara rakyat dan tentara yang mayoritas tergolong miskin.

4 Agustus 1965, Presiden Soekarno mengalami stroke ringan, beredarnya GILCHRIST dan isu Dewan Jenderal akan melakukan kudeta pada hari TNI, 5 Oktober 1965 menyebabkan suasana politik Indonesia menjadi kian memanas. Untung Syamsuri selaku komandan batalyon Tjakrabirawa yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keselamatan presiden merasa terpanggil untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari ancaman Dewan Jenderal yang hendak menumbangkan pemerintahan Soekarno yang sah. Sebelum agenda Dewan Jenderal dilakukan, Untung mendahului melalui Gerakan 30 September.

Meskipun Untung sebagai komandan gerakan tersebut, namun pada kenyataan di lapangan, Untung mendapat perintah. Jadi Untung bukanlah pemimpin utama gerakan ini. Karena sepak terjang gerakan itu, ditentukan terlebih dahulu oleh Sjam Kamaruzzaman dari Biro Chusus PKI yang ada di dalam tubuh TNI saat itu. Saat persiapan seperti tank, senjata, logistik dan personel belum seluruhnya memadai, Untung langsung gegabah bergerak.

Bersambung, Karier Militer Untung Syamsuri 5

0 komentar:

Posting Komentar

Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]