Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 6
Jaringan Letkol Untung dengan Batalyon 454 mulai dibangunnya sejak 1954. Saat peristiwa G30S dilancarkan, Batalyon 454 dipimpin oleh Mayor Kuntjoro Judowidjojo yang menjadi wakil komandan batalyon 454, saat Letkol Untung menjabat sebagai Komandan di batalyon yang sama. Hubungan Untung dan Komandan Brigade I Kodam Jaya, Kolonel A. Latief berawal dari batalyon 454 juga. Pada tahun 1963, ketika itu Latief belum di pindah ke Jakarta adalah bagian dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (TJADUAD) yang bermarkas di Ungaran dekat dengan markas Batalyon 454.
Jika jaringan Untung yang turut terlibat dalam insiden berdarah 30 September 1965 dijadikan rujukan untuk menguak keterlibatan kesatuan-kesatuan Angkatan darat dalam misteri terjadinya peristiwa berdarah. Pusat jaringan Untung dapat diketahui dari batalyon 454 banteng Raiders. Secara darurat militer, dapat dikatakan bahwa titik awal dan akhir dari Gerakan 30 September adalah di Batalyon 454.
Karier militer yang penuh prestasi Letkol Untung Syamsuri membawa dirinya hingga menjadi Komandan Batalyon I Tjakrabirawa bermula dari Batalyon 454.Letnan Satu Doel Arief selaku Komandan Pasopati sekaligus Komandan Kompi Tjakrabirawa juga pernah mengemban tugas di Banteng Raiders dibawah pimpinan Mayor Ali Moertopo secara langsung.
Pada akhir tahun 1952, penugasan tersebut berakhir, yaitu saat pasukan Banteng Raiders disiapkan melawan Batalyon 426 yang dianggap memberontak dan menggabungkan diri dengan pasukan Darul Islam di sekitar perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat. Kesatuan Banteng Raiders di gagas oleh Kolonel Ahmad Yani pada bulan Juni 1952.Kolonel Ahmad Yani selaku Komandan Brigade saat itu memiliki tanggung jawab terhadap teritorial Jawa Tengah dibagian barat. Kolonel Ahmad Yani berinisiatif untuk membentuk kesatuan khusus yang diharapkan dapat melawan sekaligus menumpas pemberontakan Darul Islam.
Pasukan Banteng Raiders hasil ciptaan Ahmad Yani ini pada akhirnya menjadi Batalyon 454. pada tahun 1961, batalyon 454 dan 530 dijadikan oleh Mayjen Soeharto sebagai TJADUAD (Tjadangan Umum Angkatan Darat) dan pada Februari 1963 ditingkatkan menjadi Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat).
Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima Kostrad mengundang Batalyon 454 dan Batalyon 530 untuk turut serta dalam perayaan hari TNI, 5 Oktober 1965. Dan sebagai pemimpin Kostrad, mengambil alih kepemimpinan operasional TNI-AD dan memimpin langsung operasi penumpasan Gerakan 30 September 1965. Dalam operasi ini, Soeharto memerintahkan pasukan baret merah RPKAD (Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat) untuk segera menghentikan petualangan militer, pasukan baret hijau yaitu, Batalyon 454.
Akhirnya sejarah menulis bahwa, penumpasan Gerakan 30 September 1965 dapat dipadamkan melalui operasi khusus yang di pimpin oleh Letkol Ali Moertopo yang merupakan jebolan Banteng Raiders. Operasi khusus inilah yang kemudian menjadi awal kelahiran Kop Kamtibmas yang semakin memperkuat rezim Orde Baru.
Sumber: TEMPO
0 komentar:
Posting Komentar
Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]