google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Soekarno Mendobrak PBB

Salah satu yang tampak terlihat dari sosok Presiden Soekarno adalah percaya diri. Soekarno adalah salah satu contoh pemimpin dunia yang berani mendobrak dan membuat gebrakan-gebrakan spektakuler yang mengagumkan dan ditakuti oleh dunia internasional. Mau tidak mau, aturan di dunia internasional, akan tunduk dan mengikuti aturan yang dibuat oleh bung Karno. Tidak hanya di negara dunia ketiga (negara-negara yang tetap tidak selaras dengan baik terhadap NATO (dengan Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat dan sekutu yang mereka wakili sebagai Dunia Pertama), atau Blok Komunis (dengan Uni Soviet, Cina, Kuba, dan sekutu yang mereka wakili sebagai Dunia Kedua).

Negara adidaya pemimpin negara-negara didunia seperti Amerika pun, akan berpikir seribu kali, jika berhadapan dengan Soekarno. Disetiap kunjungan kenegaraan presiden Soekarno di berbagai negara, akan selalu menjadi berita utama dalam media massa negara yang dikunjunginya dan negara-negara tetangga sekitarnya.

Soekarno Berpulang

Detik-detik terakhir bung Karno adalah peristiwa yang sangat menyedihkan bagi bangsa Indonesia, karena dari sanalah awal mula runtuhnya wibawa bangsa di mata nasional dan internasional. Tidak ada lagi yang berani berteriak menggelegar, menggeledek menggertak dan menghadapi gertakan Amerika, PBB serta kalimat-kalimat ganyang Malaysia yang membuat kita merasa merinding sekaligus bangga menjadi bangsa Indonesia.

Soekarno Meminang Rahmi Untuk Hatta


Jalan Pajajaran Bandung, ketika jaman dahulu masih bernama Burgemeester Coopweg 11 kedatangan seorang tamu yaitu, Bung Karno.

Dalam kunjungan dan pertemuan tersebut, Bung Karno yang kelak dikemudian hari menjadi salah satu proklamator Indonesia tersebut mengajukan pertanyaan kepada sang tuan rumah, "Siapakah gadis tercantik di Bandung ?".

Sang tuan rumah pun berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bung Karno, "Siapa ya ?... Olek, puteri ibu Dewi Sartika. Meta Sam Joedo, anak seorang dokter terkenal di Bandung. Mieke, yang masih kerabat dokter Sam Joedo. Kenapa ?..... Ada apa mas ?..... Koq tanya-tanya soal gadis cantik ?.....".

Soekarno dan Mahasiswa


Delegasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), bertemu dengan Presiden Soekarno untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa, 18 Januari 1966. Pada hari sebelumnya 15 Januari 1966, adalah pertemuan yang pertama dan hanya berlangsung singkat saja yang saat itu bertepatan dengan Sidang Paripurna Kabinet serta penurunan harga.

Soekarno Bukanlah Komunis


Katerlibatan Presiden Soekarno dengan komunis sering terdengar dan bahkan tak jarang Soekarno juga dituding sebagai komunis oleh awal-awal berdirinya kekuasaan Orde Baru Soeharto.
Kenapa hal seperti itu di hembuskan kepada masyarakat Indonesia waktu itu dan hingga sampai pada hari ini, masih banyak yang menganggap kalau Soekarno adalah seorang komunis.

Jawabanyya adalah, karena bangsa Indonesia sangat relijius dan tidak bisa menerima kehadiran komunisme. Maka, dengan isu dan fitnah kalau Soekarno adalah seorang komunis, pasti akan mudah melepaskan dan melupakan seorang bapak pendiri negeri serta menghapuskan sosok kepahlawanan bangsa yang sebetulnya, itu adalah salah satu sarana pengikat persatuan dan kesatuan bangsa. Ikatan-ikatan batin masyarakat Indonesia terhadap Founding Father menjadi kendur dan lepas, melalui isu tuduhan keji yang di hembuskan Orde Baru beserta antek-anteknya.

Presiden Soekarno lahir bukanlah seorang yang lahir dari keluarga "pak haji". Ibunya berasal dari Bali, yang sebelumnya memeluk agama Hindu sebagai keyakinannya dan ayahnya, adalah seperti kebanyakan pemeluk gama Islam Jawa tempo doeloe, yakni seorang muslim "abangan". Beliau mengenal rukun Islam, beliau juga menjalankan kewajiban-kewajiban seperti ajaran dalam agama Islam, beliau juga masih menjaga tradisi adat istiadat Jawa kuno seperti, perhitungan hari, mitoni (selamatan wanita hamil & bayi dalam kandungan), selamatan orang meninggal, dll.

Soekarno mulai mengenal Islam lebih dalam pada usia 15 tahun, ketika duduk dibangku HBS (Holland Burger School). Saat itu yang mengajarkan tentang hal keislaman adalah HOS. Tjokroaminoto. Bahkan, Soekarno kecil pun juga termasuk rajin dalam pengajian-pengajian Muhammadiyah di gang Paneleh , Surabaya tempatnya mondok di rumah keluarga Tjokroaminoto. Sekali dalam sebulan, Soekarno kecil mengaji hingga larut malam.

Pendalaman Soekarno tentang Islam semakin ia perdalam di tahun 1928, ketika dia berada di dalam sel 233, penjara Sukamiskin di Bandung. Segala macam suber bacaan yang berkaitan dengan politik tidak diperbolehkan. Maka, Soekarno lebih memperdalam Al Quran di dalam sel nomor 233 tersebut. Dalam biograi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adam, Soekarno tak pernah meninggalkan kewajiban sholat 5 waktu dalam sehari.

 Dan Soekarno selalu menjawab segala sesuatu dengan "Insya Alloh (kalau Alloh menghendaki)". Mungkinkah bagi seseorang yang melakukan kewajiban sholat 5 kali dalam sehari, bersujud dan menyebut nama Alloh SWT adalah seorang komunis ?..... Tanyalah dia, "Hei Soekarno, apakah engkau akan pergi ke Bogor minggu ini ?...", dan Soekarno akan menjawab "Insya Alloh (kalau Alloh menghendaki)". Apakah orang yang seperti ini pantas disebut sebagai seorang komunis, oleh mereka, orang-orang yang mengaku beragama ?........

Bertahun-tahun ia hidup dibalik teralis besi penjara. Dikegelapan malam, ia mengintip bintang-bintang dilangit dari lubang kecil penjara, mengintip sinar rembulan yang melintas. Masa-masa dimana Soekarno, tidak dapat menyaksikan secara jelas indahnya sinar bulan purnama dan kerlap-kerlip bintang di langit. Soekarno hanya mampu pasrah. Ia tak tahu nasib apalagi yang akan ia temui setelah fajar terbit pagi nanti. Dalam kisahnya, Soekarno menuturkan bahwa, dalam keadaan seperti itulah, sholat lail (sholat malam) nya menjadi lebih khusyuk dan dirinya menjadi sangat begitu dekat dengan Alloh SWT.

Pendalaman dalam membaca Al Quran yang terus menerus menyebabkan Soekarno berada dalam kesadaran tinggi. Soekarno mampu memahami betul arti dari kehidupan. Tuhan tidak terhingga, melebihi batasan akal manusia dan meliputi seluruh jagat semesta. Ia Maha Kuasa, Maha Ada , Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, menjaga kita, membimbing kita dan melindungi kita. Apakah orang yang seperti ini pantas disebut sebagai seorang komunis, oleh mereka, orang-orang yang mengaku beragama ?........


Pada kesadaran tinggi yang sedemikian hebatnya, Soekarno bertobat dan menjadi se-insyaf-insyafnya manusia, bahwa tidak ada suatu apapun yang pantas untuk di takuti dimuka bumi ini, karena sesungguhnya Tuhan tidak jauh dari kesadarannya. Yang selalu ia alakukan adalah selalu bermunajat menyebut nama-NYA dan Soekarno pun memasrahkan setiap derap langkahnya supaya selalu mendapat perlindungan, bimbingan dan pertolongan, dalam menggelorakan revolsi kemerdekaan bagi negeri yang ia cintai.

Karier Militer Untung Syamsuri 7


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 6

Jaringan Letkol Untung dengan Batalyon 454 mulai dibangunnya sejak 1954. Saat peristiwa G30S dilancarkan, Batalyon 454 dipimpin oleh Mayor Kuntjoro Judowidjojo yang menjadi wakil komandan batalyon 454, saat Letkol Untung menjabat sebagai Komandan di batalyon yang sama. Hubungan Untung dan Komandan Brigade I Kodam Jaya, Kolonel A. Latief berawal dari batalyon 454 juga. Pada tahun 1963, ketika itu Latief belum di pindah ke Jakarta adalah bagian dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (TJADUAD) yang bermarkas di Ungaran dekat dengan markas Batalyon 454.

Karier Militer Untung Syamsuri 6

Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 5

Sebagai Rezimen khusus, Tjakrabirawa diadakan sebagai satuan militer yang memiliki kualifikasi setara dengan kesatuan komando. Sangat sulit bagi prajurit ABRI untuk dapat lolos seleksi dan dapat bergabung dengan Tjakrabirawa. Dan hal ini telah diceritakan oleh Boengkoes, seorang komandan peleton berpangkat Sersan Mayor saat diwawancarai oleh Ben Anderson dan Arief Djati (Indonesia hal. 78, Oktober 2004).

Rezimen khusus Tjakrabirawa dibentuk berdasarkan prajurit yang berprestasi yang berhasil lolos seleksi dari serangkaian tes kualifikasi berat. Sangat ketat dan disiplin tinggi dalam tes ujian seleksi masuk menjadi anggota Tjakrabirawa ini dapat dilihat dari data bahwa, hanya 3 sampai 4 orang saja yang dapat lolos seleksi dari satu batalyon yang tergolong Raider atau Paratrooper atau Airborne yang mendapat undangan untuk dapat lolos seleksi.

Karier Militer Untung Syamsuri 5


Samungan dari  Karier Militer Untung Syamsuri 4

Mereka lebih mendengarkan omongan Sjam Kamaruzzaman, "" Jika mau revolusi, ketika masih muda. Jangan tunggu hingga tua, dan ketika awal revolusi banyak yang takut, dan setelah revolusi berhasil, semuanya akan ikut". Kecerobohan Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan tersebut, akhirnya hancur. Dokmen Supardjo dianggap lebih masuk akal dan terpercaya, karena sangat memperlihatkan kelemahan Gerakan 30 September 1965 yang tidak adanya satu komando yang jelas dan tegas. Karena komando tersebut dianggap terpecah menjadi dua, ada yang murni dari kalangan militer seperti Untung, Latief dan Sudjono. Dan dari Biro Chusus yaitu Sjam, Pono dan Bono.

Karier Militer Untung Syamsuri 4


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 3

Pada 6 Juni 1962, saat awal mula pasukan Tjakrabirawa di bentuk, terdapat satu batalyon Angkatan Darat, dan sejak bulan Mei 1965, pasukan tersebut di pimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. Untung terpilih sebagai pemimpin pasukan Tjakrabirawa dikarenakan dirinya memiliki keberanian saat mendapat tugas operasi Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) dan berhasil mendapatkan bintang Sakti kehormatan. Dan saat Tjakrabirawa di bentuk, Kapten Rochadi yang awalnya mengajak Untung Syamsuri untuk bergabung dalam pasukan pengaman presiden tersebut.

Kapten Rochadi adalah salah satu dari anggota Tjakrabirawa yang turut serta dalam delegasi Indonesia ke Beijing pada 25 September 1965 dan sejak saat itu tak dapat kembali ke tanah air akibat situasi politik. Terakhir kali terdengar berita bahwa Kapten Rochadi memperoleh suaka dari pemerintah Swedia dan mengganti namanya menjadi Rafiuddin Umar. Kapten Rochadi termasuk orang-orang yang tidak dapat pulang ke tanah air akibat situasi politik saat itu dan di Swedia, ia menjadi orang yang tertutup. Kapten Rochadi juga berasal dari batalyon yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. di Kodam Diponegoro.

Ben Anderson kemudian memulai analisanya dengan mengutarakan karakter JAWA pada Divisi Diponegoro yang sejak awal hingga meletus tragedi 1965, Panglima Kodam nya selalu berasal dari Yogya-Banyumas-Kedu. Kenapa yang menjadi Panglima Kodam Diponegoro bukan orang Batak atau Minahasa, seperti Kodam Siliwangi.

Kodam Diponegoro berada pada wilayah yang penduduknya sangat banyak, bahan pangan tidak seimbang dan berpaham komunis serta sentimen ani-aristokrat-nya cukup kuat. Ketidak puasan ini timbul dikalangan para perwira-perwira Diponegoro, misalnya Kolonel Marjono, Kolonel Suherman dan Letnan Kolonel Usman Sastrodibroto. Di Jakarta terdapat Kolonel Latief dan Letnan Kolonel Untung Syamsuri. Perwira tinggi yang hidupnya tergolong mewah diantara rakyat dan tentara yang mayoritas tergolong miskin.

4 Agustus 1965, Presiden Soekarno mengalami stroke ringan, beredarnya GILCHRIST dan isu Dewan Jenderal akan melakukan kudeta pada hari TNI, 5 Oktober 1965 menyebabkan suasana politik Indonesia menjadi kian memanas. Untung Syamsuri selaku komandan batalyon Tjakrabirawa yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keselamatan presiden merasa terpanggil untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari ancaman Dewan Jenderal yang hendak menumbangkan pemerintahan Soekarno yang sah. Sebelum agenda Dewan Jenderal dilakukan, Untung mendahului melalui Gerakan 30 September.

Meskipun Untung sebagai komandan gerakan tersebut, namun pada kenyataan di lapangan, Untung mendapat perintah. Jadi Untung bukanlah pemimpin utama gerakan ini. Karena sepak terjang gerakan itu, ditentukan terlebih dahulu oleh Sjam Kamaruzzaman dari Biro Chusus PKI yang ada di dalam tubuh TNI saat itu. Saat persiapan seperti tank, senjata, logistik dan personel belum seluruhnya memadai, Untung langsung gegabah bergerak.

Bersambung, Karier Militer Untung Syamsuri 5

Karier Militer Untung Syamsuri 3


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 2

Mahkamah dalam persdangan tersebut berpendapat bahwa, Dewan Jenderal yang hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno tesebut adalah informasi yang sumbernya berasal dari Sjam Kamaruzzaman dan Pono selaku utusan dari Ketua Comite Central Dipa Nusantara Aidit, yang terbukti kebenarannya.

Karier Militer Untung Syamsuri 2


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 1

Bagi Rudhito, keempat orang tersebut ingin agar dirinya turut serta melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh Dewan Jenderal. Mereka berani mengajak, karena merasa menjadi Ketua Umum Ormas Central Comando Pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gerombolan Jenderal tersebut hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno, seperti yang digunakan oleh negara-negara lain. Mereka ingin menggulingkan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan. Mirip seperti matinya Shigman Ree, presiden Republik Korea Selatan.

Karier Militer Untung Syamsuri 1

Pada sebuah hari Rabu Legi, 23 Februari 1966, kurang lebih sekitar pukul 09.00 WIB, bertempat di Jalan Taman Suropati No. 2, lantai 2. Pada hari itu, di gelar sidang Mahkamah Militer Luar Biasa, atas terdakwa Untung Syamsuri, 40 tahun mantan Ketua Dewan Revolusi Indonesia, dengan tuduhan makar !...

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 4


HALAMAN 1
HALAMAN 2
HALAMAN 3

"Saya mengarahkan senjata dan dor.....". Penembak itu adalah Boengkoes, mantan bintara Tjakrabirawa. Sersan Mayor adalah pangkat terakhirnya sebelum ia mendekam selama 33 tahun di LP. Cipinang, Jakarta. Menurut anak kedua Boengkoes yang bernama Hernawati, ayaknya sudah tak berdaya selama enam bulan akibat serangan stroke. Ia mengalami kesulitan berbicara dan sepasang kaki dan tangannya separuh lumpuh. Boengkoes terbaring lemah di rumah anak ke empatnya, Juwartinah yang bersebelahan dengan rumah Hernawati di Jalan PG Demaas, Kalak, Kec. Besuki Situbondo Jawa Timur.

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 3


HALAMAN 1
HALAMAN 2
Saat mengemban tugas di Cadangan Umum inilah, Boengkoes terpilih untuk menjadi bagian dari Banteng Raiders I di Magelang. Tak berselang lama, ia pun direkrut dan bergabung bersama pasukan Tjakrabirawa. Menurut pengakuan Boengkoes kepada Ben, meskipun Boengkoes sudah bersama Untung di Banteng Raiders, tetapi mereka baru bisa bertemu ketika sudah berada di Jakarta. "Saya belum kenal Untung, waktu di Srondol", kata Boengkoes.

Meski Boengkoes menderita disentri dan wasir, tetapi tidak membuatnya kesulitan saat mendaftar jadi Tjakrabirawa. Meski penyakitnya tersebut sudah disampaikannya, tetapi esoknya Boengkoes malah dikabari bahwa dirinya sehat. Hal yang membahagiakan Boengkoes saat itu adalah ada ratusan personel Banteng Raiders yang lolos seleksi. Jumlah mereka dari Jawa Tengah, yang lolos seleksi adalah yang terbesar dan cukup untuk membentuk satuan kompi. Tugas utama mereka adalah berjaga di istana kepresidenan, menggantikan Polisi Militer yang sudah ada sebelumnya.

Boengkoes pun mengatakan kepada Ben Anderson bahwa Doel Arief adalah teman sehidup semati. Mereka sering ngobrol dalam bahasa daerah Madura. Menurut cerita Boengkoes, dahulu kala ia bersama Doel Arief pernah menyusuri pasar senen Jakarta dan terdapat sebuah warung es cendol asal Pasuruan yang terdapat dua gadis cantik membantu pedagang disana.

"Kami duduk berbincang dan membicarakan kedua gadis tersebut menggunakan bahasa Madura. Tiba-tiba mereka tersenyum karena mengerti apa yang mereka bicarakan. Ternyata pedagang cendol tersebut ternyata mengaku berasal dari Pasuruan, Jawa Timur. Wah, mati aku", ujar Boengkoes.

Keanehan setelah peristiwa berdarah 30 September 1965 masih menyisakan misteri hingga hari ini. Setelah kejadian itu, Doel Arief dan Djahurup hilang tak berbekas. Heru mengatakan bahwa setelah terjadinya malam berdarah tersebut, sejumlah 60 personel anggota Batalyon I Kawal Kehormatan Tjakrabirawa melarikan diri ke Jawa Tengah.

Batalyon yang melarikan tersebut dihadang pasukan CPM saat tiba di Cirebon. Menurut Wakil komandan Rezimen Tjakrabirawa Maulwi Saelan, awalnya mereka sengaja singgah ke asrama TNI Cirebon dikarenakan tidak membawa perbekalan makanan. Atas laporan salah seorang prajurit yang saat itu berada diasrama tersebut, Maulwi Saelan memerintahkan untuk menahan mereka terlebih dahulu. "Saya perintahkan mereka untuk ditahan dahulu. Pasukan dari Jakarta yang akan menjemput mereka".


Akan tetapi, Doel Arief dan Djahurup lenyap hilang tak berbekas. Selanjutnya, dalam persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa yang digelar pada tahun 1966, hanya Kopral Hardiono selaku bawahan Doel Arief sajalah yang dihadirkan dan dituduh bertanggung awab atas penculikan para jenderal itu.

Doel Arief dan Djahurup yang tidak bisa dhadirkan dalam persidangan Mahkamah Militer Luar Biasa tersebut, menuai banyak tanya. Apakah mereka berdua disembunyikan oleh Ali Moertopo ?..... Entahlah, jawab Heru Atmodjo.

BERSAMBUNG KE HALAMAN 4

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 2

HALAMAN 2

Menurut Ben Anderson, makalah ini semakin melengkapi Cornell Paper yang terkenal itu. Setahun setelah peristiwa berdaran 1965, bersama Ruth Mc Vevy dan Fred Bunnel, Ben menulis Cornell Paper. Ketika itu, Ben mengira bahwa yang terlibat dalam peristiwa tersebut kesemuanya bukan orang-orang dari suku Jawa. Hampir kesemua prajurit Tjakrabirawa yang terlibat dalam peristiwa tersebut adalah orang-orang berdarah Madura, termasuk pimpinan yang memberi perintah juga berdarah Madura.

Doel Arief selaku pimpinan pasukan atas terjadinya insiden penculikan dan pembunuhan pada hari Kamis, 30 September 1965 tersebut adalah juga berdarah Madura. Tak hanya itu, Doel Arief juga orang yang dekat dengan Ali Moertopo, intelejen Soeharto. Doel Arief dan Ali Moertopo saling mengenal ketika masih di Banteng Raiders, yaitu pada tahun 1950-an ketika mereka sama-sama berperang menumpas Darul Islam di Jawa Tengah pimpinan Kartosuwiryo.

Tentang kedekatan antara Doel Arief dan Ali Moertopo juga dibenarkan oleh Letnan Kolonel Udara (Purnawirawan) Heru Atmodjo. Letkol Heru Atmodjo inipun juga berdarah Madura dan di ikut sertakan dalam Dewan Revolusi. Doel Arief itu adalah anak angkat dari Ali Moertopo, kata Heru Atmodjo menjelaskan.

Pengakuan Mantan Prajurit Tjakrabirawa 1

Ditemukan bukti-bukti indikasi oleh Benedictus Anderson tentang pelaku lapangan yang bertindak sebagai algojo yang bertugas menculik dan menghabisi para jenderal adalah berasal dari kelompok Madura, yang beberapa diantaranya sudah dikenal baik sejak tahun 1950-an baik salah seorang intelejen Soeharto, yaitu Ali Moertopo.

Seorang pria tua yang sedang duduk menyandar disebuah ranjang besi tua. Usianya sudah terbilang tua, dengan kepayahan dia memasukkan makanan kedalam mulut kempotnya. Pria tua bernama Boengkoes yang berusia 82-an tahun tersebut, tampak lemah tak berdaya diatas dipan usangnya akibat mengalami Stroke. Bekas prajurit bintara Tjakrabirawa itu kini tinggal dirumah anaknya di daerah Besuki, Situbondo-Jawa Timur. Boengkoes yang merupakan salah satu diantara algojo dalam peristiwa berdarah 30 September 1965 tersebut kini hanya pasrah dengan penyakit dan keadaan yang menimpanya, sambil menunggu maut menjemput dirinya.

Pria yang memiliki darah keturunan Madura itu berpangkat sersan mayor, yang pada peristiwa berdarah September 1965 lalu mendapat tugas untuk membawa paksa Mayor Jenderal M.T Harjono, Deputi III Menteri/ Panglima Angkatan Darat.

CIA Mengincar Soekarno I


Sabtu , 7 Desember 1957, sekitar pukul 19.39 panglima tertinggi Angkatan Laut Amerika Serikat yang bertugas di Asia Pasifik, Felix Stump mendapat perintah melalui pesan radio dari Laksamana Arleigh Burke, seorang kepala operasi Angkatan Laut . Isi daripada pesan radio tersebut adalah, bahwa dalam waktu empat jam kedepan, pasukan yang ditugaskan di Teluk Subic-Filipina, mulai bergerak menuju ke arah selatan, yaitu perairan Indonesia. Dan himbauan untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan yang ada, dikarenakan keadaan Indonesia dalam empat jam kedepan akan menjadi lebih kritis. Kurang lebih begitulah isi dari telegram radio tersebut.

CIA MENGINCAR SOEKARNO II


HALAMAN I

Bagi Amerika Serikat, inilah kesempatan jitu untuk melaksanakan rencana III untuk mengintervensi militer terbuka di Republik Indonesia.  Presiden Soekarno harus segera dilenyapkan dengan segera. Dibawah Allen Dulles, CIA telah merencanakan dengan matang strategi dan taktik licik.  Dengan mempergunakan jaringannya yang berada di Singapura, Jakarta dan London, agen-agen CIA berkali-kali melakukan komunikasi khusus dengan Sumitro Djojohadikusumo, sang pencari dana untuk pemberontakan. Dan juga perwira yang memiliki mental pembangkang Kolonel Simbolon, Kolonel Fence Sumual. Dan masalah ini juga telah di jabarkan oleh Audrey R Kahim dan George Mc T Kahim dalam bukunya, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri.
Saat perintak memberangkatkan armada VII di keluarkan, keputusan tersebut tampak tergesa-gesa. Karena kurang dari dua jam sebelum pasukan tempur tiba, percakapan melalui telepon antara presiden Amerika Serikat, Eisenhower dan Menlu John Foster Dulles tampak seperti mengalami kepanikan dan kebingungan.  Bingung untuk menjawab nantinya, atas dasar apa, intervensi tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat ?.....
Inggris selaku sekutu dekat Amerika Serikat, sempat tidak setuju dan menolak hal tersebut, hingga akhirnya kapal-kapal perang tersebut berbalik kembali ke pangkalan nya. Tetapi, setelah Amerika melakukan pendekatan secara intersif, hingga pada akhirnya pada hari Senin, 23 Desember 1957 Harold Macmillan selaku Perdana Menteri Inggris menyetujui dan menjalin kerjasama, sebuah operasi untuk menggempur Indonesia, menumbangkan presiden Soekarno.
Akhirnya, Gedung putih Amerika Serikat, pada pertengahan tahun 1958 mengakui kegagalannya menegakkan demokrasi dan membendung arus komunisme yang melanda Indonesia saat itu. KSAD Jenderal TNI AH. Nasution yang dikenal Amerika Serikat sebagai orang yang anti terhadap komunisme, telah bergerak diluar perkiraan mereka. 

KSAD Jenderal TNI AH. Nasution berhasil menerjunkan pasukannya dan merebut bandara Sultan Sjahrir Kasim di Pekan Baru, Riau-Sumatera. Mulai dari pantai timur  marinir di siagakan, guna memotong pertahanan PRRI Permesta. Ahirnya, Dumai yang tadinya dikuasai oleh kolonel pembangkang, berhasil direbut oleh pasukan TNI dibawah komando Jenderal Nasution.

Pasukan pembangkang yang dipimpin oleh Kolonel Akhmad Husein pun akhirnya pergi melarikan diri meninggalkan semua alat tempur, termasuk senjati anti serangan udara yang kala itu belum sempat digunakan, karena mereka tidak menduga akan adanya serangan tersebut. Pesan rahasia yang disampaikan Armada VII untuk supaya segera di hancurkan, tidak lagi di gubris. Padahal, ladang minyak Caltex inilah yang kelak dapat dijadikan alasan intervensi Amerika ke Indonesia. Sejumlah dua batalyon marinir Amerika Serikat sudah bersiap siaga dan kurang dari 12 jam, marinir Amerika ini akan segera tiba di Dumai. Sejak saat itu, tamatlah PRRI yang digerakkan oleh para kolonel pemberontak serta tokoh PSI dan Masyumi, dan Pentagon Amerika pun tercengang dengan ulah nekat KSAD Jenderal TNI AH. Nasution.
Meski pasukan PRRI semakin teresak, Sumito Djoohadikusumo selaku wakil PRRI yang kala itu sedang berada di pengasingan, tetap merasa optimis. TNI bererak dan berhasi merebt kota dei kota, hingga pada akirnya, PRRI selaku pemberotak hanya mampu melakukan perlawanan secara bergerilya secara terbatas. Ditambah lagi, semakin berkurangnya dukungan rakyat kepada pasukan-pasukan penghianat, hingga akhirnya terjadi perpecahan dari dalam tubuh PRRI.
CIA Amerika Serikat gagal karena salah melangkah, atas rujukan CIA pula, Amerika Serikat berhasil mengirimkan 8.000 pucuk senjata api yang rencananya bisa di gunakan oleh PRRI Permesta. Kiriman ini belm berupa senjata-senjata berat seperti senapan mesin, mortir meriam,senjata ant udara dan senjata anti tank, mash banyak lagi senjata-senjata dan bahan peledak yang lainnya. Amerika juga berasil merekrut dan memberikan pelatihan kepada sejumlah prajurit Dewan Banteng dan Dewan Gajah, yang di berangkatkan menggunakan kapal selam, menuju pangkalan militernya di Okinawa, Jepang. Meski latihan militer yang disiplin serta didukung oleh sistem persenjataan modern kala itu, tetap bukanlah jaminan untuk meraih kemenangan dalam menghadapi pertempuran yang sesungguhnya.
Presiden Eisenhower semakin geram, karena kelompok PRRI Permesta yang disebutnya sebagai "PATRIOT" itu semakin terhimpit dengan nafas yang makin tersengal-sengal. Tetapi, CIA dan intel Angkatan Laut Amerika tetap meyakinkan dengan berita-berita palsu dan keliru. Laporan mereka menyebutkan bahwa jika tidak diteruskan memberikan bantuan persenjataan maka, komunis akan segera menguasai Malaya, Thailand, Kamboja dan Laos, dan ini sangat berbahaya bagi dunia barat. Untuk menangkal hal tersebut Amerika tetap harus mengirimkan bantuan persenjataan untuk dapat digunakan oleh pasukan pemberontak anti komunis di dunia timur, khususnya untuk PRRI Permesta di wilayah Sulawesi Utara, Indonesia.

Akibat kekalahan perang, PRRI Permsta di Sumatera, Penerbang Amerika Serikat dan Taiwan memberi perlindungan payung udara kepada PRRI Permesta yang berada di Sulawesi Utara. Berkali-kali dan silih berganti, pesawat-pesawat pengebom berhasil memutus jalur transportasi laut. Ambon, Makassar dan Balikpapan di hujani bom, yang mengakibatkan korban terus bertambah.
Akan tetapi, segala upaya dan usaha Amerika ini mengalami kegagalan untuk memaksa Jakarta menyerah. Serangan demi serangan, dibalas pula dengan serangan dan gempuran yang lebih hebat. Jenderal Nasution terus mengerahkan dan menyiapkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengambil alih dan menguasai satu demi satu yang dikuasai PRRI Permesta.  Akhirnya, pada hari Minggu, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) berhasil menembak jatuh sebuah pesawat pengebom dan menangkap hidup-hidup pilot bernama Allen Pope, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Hal ini tidak hanya membuat Amerika terkejut, tetapi juga dunia internasional. Ditambah lagi, Allen Pope mengaku, bahwa dirinya diperintahkan oleh CIA. Sungguh pada waktu itu, militer Indonesia sangat di kagumi oleh dunia internasional dan Amerika di kecam habis-habisan tiada henti.

Bagaikan tak memiliki perasaan bersalah, Amerika malah memelintir berita, mulai dari bantuan peralatan perang dan latihan militer, serta menyebarkan isue-isue tentang adanya ancaman komunisme terhadap stabilitas di belahan Asia Timur. Akhirnya, dengan tertangkapnya Allen Pope inilah, presiden Soekarno berhasil memelintir leher Amerika dan mempermainkannya presiden ke-34 Amerika.

BERSAMBUNG KE HALAMAN III

CIA Mengincar Soekarno III


HALAMAN I
HALAMAN II

Bagaikan tak memiliki perasaan bersalah, Amerika memelintir berita,mulai dari bantuan peralatan perang dan latihan militer, serta menyebarkan berita bohong tentang adanya ancaman komunis terhadap stabilitas di belahan Asia Timur. Akhirnya, dengan tertangkapnya Allen Pope inilah, presiden Soekarno berhasil memelintir leher Amerika dan mempermainkannya.

Bung Karno Dan Arif

Sudah sering dan kita ketahui bersama, bahwa cita-cita untuk mendirikan sebuah Republik Indonesia, telah ditebus dengan tumbal darah, airmata dan harta. Namun, berjuang dari balik sebuah kemudi taksi, juga patut kita hormati karena, seorang supir taksi telah turut serta dalam mengambil bagian untuk jalannya Revolusi sebuah negeri.

Soekarno Tahu Gerakan Soeharto


Untuk duduk sebagai seorang presiden sebuah negara mungkin tidaklah sulit, akan tetapi menjadi seorang pemimpin tidaklah semudah yang dibayangkan. Untuk dapat duduk disinggasana kepresidenan bisa didapat melalui dukungan kematangan dan taktik sebuah rencana dan strategi politik. Akan tetapi, untuk dapat menjadi seorang pemimpin sebuah negeri, hal yang paling dibutuhkan adalah kekuatan mental serta kesiapan lahir dan batin dalam menerima segala macam resiko serta kerelaan untuk berkorban waktu, tenaga, jiwa dan raga demi negeri, rakyat dan bangsa yang dipimpinnya secara ikhlas.

Kisah Antara Soekarno dan Onassis

Dalam kunjungan Presiden Soekarno pada Oktober 1964 ke Roma, secara mendadak dan tiba-tiba Soekarno di undang oleh Aristoteles Onassis, seorang miliader kapitalis untuk mampir ke kapal pribadinya yang mewah. Diatas kapal Christina tersebut mereka bertemu, meski sebelumnya, mereka tidak saling mengenal.
Siapa yang merencanakan dan mengatur hingga keduanya dapat bertemu, hal itu masih menjadi misteri hingga sekarang. Namun dari beberapa kabar yang beredar, dapat diambil kesimpulan bahwa, pihak-pihak yang mengatur pertemuan mereka adalah dari golongan seniman. Dikarenakan, selama kunjungan ke Roma tersebut, Ir. Soekarno selalu menyempatkan diri untuk menemui para seniman disana.

Kunjungan Che Guevara ke Indonesia


Tokoh revolusioner Ernesto Che Guevara (14 Juni 1928 – 9 Oktober 1967) pernah berkunjung ke Indonesia? Ya, sang legenda kelahiran Argentina ini mengunjungi Indonesia pada tahun 1959. Pada tahun 1955, Indonesia sebagai negara besar menggagas Konferesi Asia Afrika (KAA), menjadikan bangsa ini amat sangat diperhitungan didunia internasional.

Misteri Kuburan Aidit

Menurut cerita yang berkembang, kuburan Aidit berada di Boyolali, Jawa Tengah. Tempatnya sunyi dan tersembunyi, dipenuhi kerikil-kerikil tajam yang penuh dengan tanaman labu dan ubi jalar disekelilingnya. Pohon mangga dan jambu berada dikanan dan kiri menaungi. Tak terlihat tanda-tanda adanya sumur tua dipekarangan belakang gedung tua itu. Daerah ini dulunya adalah bagian dari kompleks markas  TNI Angkatan Darat, Batalyon 444 di Boyolali, Jawa Tengah.  Meski keadaan pekarangan tersebut sunyi dan hening, namun di tempat itu dulunya pernah ada sumur tua. Tempat dimana jenazah Dipa Nusantara Aidit dibuang.

Ketika Soeharto Tersenyum



Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto bertanya pada Komandan Brigade IV Infanteri, Kolonel Yasir Hadibroto tentang keberadaannya, ketika meletus pemberontakan Madiun 1948. Saat itu, pasukan Kolonel Yasir Hadibroto sedang dipindahkan dari Jawa Barat ke Wonosobo, guna membasmi tiga batalyon kelompok komunis.

Dari Menteng Menuju Gestok

 Sejumlah saksi telah menyampaikan tentang keterlibatan Aidit atas rencana Gerakan 30 September. Apakah D.N Aidit benar-benar terlibat ?..... Dan sejauh manakah keterlibatan Aidit dalam upaya aksi tersebut ?.... Sesungguhnya, apa peran Aidit dalam peristiwa berdarah 30 September 1965, yang masih menyimpan tanda tanya besar. Sebuah tragedi yang memakan jutaan jiwa rakyat tak berdosa. Apakah benar, Aidit menjadi dalang peristiwa berdarah tersebut ?.... Sungguh tragedi berdarah tersebut merupakan pelajaran berharga bagi kita semua, bangsa Indonesia.

Para sejarawan dan orang-orang dikalangan militer meyakini, bahwa aksi yang menimpa ketujuh Jenderal Angkatan Darat pada 30 September 1965 ada keterlibatan PKI, dan Dipa Nusantara Aidit selaku ketua umum Comite Centeral dituduh menjadi otak dibalik peristiwa biadab tersebut.

Trio Komunis Indonesia

Sebanyak sebelas pemimpin utama PKI tewas di ujung bedil. Muso, Amir Syarifuddin dan Maruto Darusman berakhir di terjang peluru di desa Ngalihan-Solo.

Dipa Nusantara Aidit, Njoto dan Lukman berjuang bersama-sama membesarkan partai.Mereka bertiga muncul sebagai tulang punggung Partai Komuns Indonesia. Ketiganya bagaikan trisula PKI, SekJen, Wakjen I dan WakJen II. Njoto disingkirkan karena wanita. Sejarah persahabatan diantara mereka bertiga indah dikenang.

1943, Aidit pertama kali berjumpa dan mengenal Mohammad Hakim Lukman di Menteng 31-Jakarta. Bekas Hotel Schomper itu dahul dikenal sebagai tempat berkumpulnya para aktivis-aktivis kemerdekaan, mereka tergabung dalam organisasi Gerakan Merdeka. Lukman lebih tua tiga tahun dari Aidit. Saat itu, usia Aidit baru 23 tahun, kemudian Aidit menjadi Ketua Dewan Politik Gerakan Indonesia Merdeka dan Mohammad Hakim Lukman menjadi anggota. Aidi dan Lukman menjadi semakin akrab dan menjalani kehidupan yang sama.

Karir Aidit Berakhir Tragis


Pada tahun 1926, menurut arsitek pemberontakan di Jawa dan Sumatera, seluruh kekuatan sosialis komunis harus dapat dipersatukan. PKI tak boleh bergerak sendiri,untuk merebut kekuasaan. Namun sayang, akhirnya pemerintah Hindia Belanda saat itu melibas mereka.

Paham revolusiner Dipa NusantaraAidit, telah di ubah oleh Muso sebagai sebuah aksi. Mereka berdua pernah mencoba, mereka berdua juga telah gagal. Gairah dan semangat revolusi Aidit menjadi kian berkobar dan menyala, tatkala Muso kembali dari Rusia. Aidit sangat terkesan dengan gagasan Muso tentang "Jalan Baru Bagi Republik".

Aidit Meminang Lewat Surat


Pada suatu siang, di awal tahun 1946, kantor majalah Bintang Merah yang beralamat di Jalan Purnosari-Solo kedatangan tamu tak diundang. Mereka adalah 2 orang tamu wanita yang segera disambut dan di jamu oleh dua orang redaktur majalah yang tak lain adalah Hasan Raid dan Dipa Nusantara Aidit. Dua gadis tersebut mengaku sebagai mahasiswi tingkat III Perguruan Tingi Kedokteran di Klaten-Jawa Tengah. Yang berpipi tembem dan agak sedikit bulat montok mengaku bernama Soetanti. Soetanti oleh teman-temannya biasa dipanggil dengan sebutan RONJE (dalam bahasa Belanda yang artinya: bundar). Awalnya mereka berdua datang hanya sekedar silaturahmi saja.  Beberapa hari kemudian, Soetanti mendatangi lagi kantor tersebut bersama teman-temannya lainnya yang berjumlah lebih banyak dari sebelumnya.  Kali ini, kedatangan  mereka atas nama Sarekat Mahasiswa Indonesia. Lalu mereka mengharap kehadiran Aidit sebagai Ketua Departemen Agitasi Propaganda Partai Komunis Indonesia cabang Solo, untuk memberikan pidato dan dukungan soal politik dan keorganisasian. Akibat dari urusan organisasi tersebut, menyebabkan Soetanti sering hilir mudik Klaten-Solo.

Aidit Merantau ke Jakarta

Waktu itu tahun 1936, Achmad Aidit berkata kepada Abdullah, ayahnya: "Aku mau ke Batavia". Saat itu Achmad Aidit berusia tigabelas tahun setelah lulus dari sekolah Hollandsch Inlandsche School (HIS), yang  setingkat sekolah dasar. Karena di Belitung, sekolah tersebut merupakan yang paling tinggi. Dan sekolah tingkat menengah bernama Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Untuk melanjutkan sekolah tingkat menengah tersebut, para pemuda yang ada di Belitung, harus merantau ke Medan atau Batavia (Jakarta). Pemuda yang keluar dari Belitung dan merantau ke tanah Jawa, saat itu bisa dihitung dengan jari. Karena pada masa itu, pergi meninggalkan Belitung bukanlah perkara yang lazim.
Achmad yang jarang meminta sesuatu ini, meyakinkan ayahnya tentang keinginan hatinya untuk merantau ke Batavia. Kata Murad, "Jika sampai meminta sesuatu, berarti, kakaknya memang sudah memiliki tekad yang bulat ". Dalam bukunya Sobron, adik Aidit yang lain menuliskan pula dalam bukunya: Abang,Sahabat dan Guru diMasa Pergolakan, menerangkan bahwasanya untuk mendapatkan izin pergi merantau keluar Belitung, seorang pemuda diharuskan memiliki empat syarat yaitu, sudah dikhitan, bisa mencuci pakaian, bisa memasak dan sudah khatam membaca Al Quran. Dan semua syarat tersebut, sudah dapat dipenuhi oleh Achmad Aidit.

Gubuk Reyot Mantri Aidit

Rumah tua berbentuk panggung yang terbuat dari kayu yang telah dimakan usia, lapuk dan berjamur dengan sebagian atap sirap yang telah berubah diganti seng. Kerangka rumah yang utama masih menggunakan kayu ulin yang kokoh berwarna hitam mengkilat. Itulah rumah kediaman Abdullah Aidit, ayah Dipa Nusantara Aidit, ketua umum Partai Komunis Indonesia (PKI) Yang di dirikan sejak tahun 1921 oleh Haji Ismail, kakek DN. Aidit dari garis ayahnya. Rumah panggung tersebut berlokasi di Jalan Belantu No.3 (sekarang telah menjadi Jalan Dahlan No. 12). Dusun Berutak, Desa Pangkalalang, Belitung Barat.
Seperti pada umumnya sebuah rumah di Belitung, rumah tersebut memiliki bangunan utama, rumah bagian depan dan bagian belakang yang berukuran 7 x 8 meter. Sisi bagian depannya juga telah diberubah , karena telah dibongkar semenjak meninggalnya Abdullah Aidit paa 23 November 1965.

Masa Kecil Dipa Nusantara Aidit


Aidit yang berasal dari keluarga terhormat di Belitung, telah memiliki bibit-bibit komunisme yang tumbuh dalam pribadinya,  tatkala menyaksikan keadaan para buruh kecil disebuah perusahaan tambang timah didaerahnya. Achmad Aidit yang dilahirkan pada hari Senin Pahing, 30Juli 1923 di Jalan Belantu No. 3, Pangkallalang-Belitung.

Ayahnya, yang bernama AbdullahAidit, adalah seorang mantri kehutanan, jabatan yang cukup terpandang di Belitung pada saat itu. Ibunya yang bernama Mailan, lahir dari keluarga ningrat. Ayah mailan adalah Ki Agus Haji Abdul Rachman. Ayah Mailan adalah seorang tuan tanah yang kaya raya. Orang-orang Belitung menyebut luas tanah keluarga ini dengan ujung jari, sejauh jari menunjuk itulah tanah mereka. Dan Abdullah Aidit adalah anak Haji Ismail, seorang pengusaha ikan yang cukup berhasil. Mereka memiliki tempat penangkapan ikan dilaut, dan pemasok ikan terbesar dipasaran.

Sisi Lain Dipa Nusantara


Sebagian dari bangsa Indonesia mengenang pria itu dengan kebencian dan rasa kagum. Dipa Nusantara Aidit seorang pimpinan PKI (Partai Komunis Indonesia) ketika itu, usianya yang masih muda, 31 tahun. Dia cuma membutuhkan waktu setahun guna melejitkan nama Partai Komunis Indonesia ke dalam kategori 4 partai terbesar di Indonesia, saat itu. PKI mengklaim secara tegas, memiliki 3,5 juta pendukung dan menjadi partai komunis terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina.