google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Soekarno Meminang Rahmi Untuk Hatta


Jalan Pajajaran Bandung, ketika jaman dahulu masih bernama Burgemeester Coopweg 11 kedatangan seorang tamu yaitu, Bung Karno.

Dalam kunjungan dan pertemuan tersebut, Bung Karno yang kelak dikemudian hari menjadi salah satu proklamator Indonesia tersebut mengajukan pertanyaan kepada sang tuan rumah, "Siapakah gadis tercantik di Bandung ?".

Sang tuan rumah pun berusaha menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bung Karno, "Siapa ya ?... Olek, puteri ibu Dewi Sartika. Meta Sam Joedo, anak seorang dokter terkenal di Bandung. Mieke, yang masih kerabat dokter Sam Joedo. Kenapa ?..... Ada apa mas ?..... Koq tanya-tanya soal gadis cantik ?.....".

Soekarno dan Mahasiswa


Delegasi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), bertemu dengan Presiden Soekarno untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa, 18 Januari 1966. Pada hari sebelumnya 15 Januari 1966, adalah pertemuan yang pertama dan hanya berlangsung singkat saja yang saat itu bertepatan dengan Sidang Paripurna Kabinet serta penurunan harga.

Soekarno Bukanlah Komunis


Katerlibatan Presiden Soekarno dengan komunis sering terdengar dan bahkan tak jarang Soekarno juga dituding sebagai komunis oleh awal-awal berdirinya kekuasaan Orde Baru Soeharto.
Kenapa hal seperti itu di hembuskan kepada masyarakat Indonesia waktu itu dan hingga sampai pada hari ini, masih banyak yang menganggap kalau Soekarno adalah seorang komunis.

Jawabanyya adalah, karena bangsa Indonesia sangat relijius dan tidak bisa menerima kehadiran komunisme. Maka, dengan isu dan fitnah kalau Soekarno adalah seorang komunis, pasti akan mudah melepaskan dan melupakan seorang bapak pendiri negeri serta menghapuskan sosok kepahlawanan bangsa yang sebetulnya, itu adalah salah satu sarana pengikat persatuan dan kesatuan bangsa. Ikatan-ikatan batin masyarakat Indonesia terhadap Founding Father menjadi kendur dan lepas, melalui isu tuduhan keji yang di hembuskan Orde Baru beserta antek-anteknya.

Presiden Soekarno lahir bukanlah seorang yang lahir dari keluarga "pak haji". Ibunya berasal dari Bali, yang sebelumnya memeluk agama Hindu sebagai keyakinannya dan ayahnya, adalah seperti kebanyakan pemeluk gama Islam Jawa tempo doeloe, yakni seorang muslim "abangan". Beliau mengenal rukun Islam, beliau juga menjalankan kewajiban-kewajiban seperti ajaran dalam agama Islam, beliau juga masih menjaga tradisi adat istiadat Jawa kuno seperti, perhitungan hari, mitoni (selamatan wanita hamil & bayi dalam kandungan), selamatan orang meninggal, dll.

Soekarno mulai mengenal Islam lebih dalam pada usia 15 tahun, ketika duduk dibangku HBS (Holland Burger School). Saat itu yang mengajarkan tentang hal keislaman adalah HOS. Tjokroaminoto. Bahkan, Soekarno kecil pun juga termasuk rajin dalam pengajian-pengajian Muhammadiyah di gang Paneleh , Surabaya tempatnya mondok di rumah keluarga Tjokroaminoto. Sekali dalam sebulan, Soekarno kecil mengaji hingga larut malam.

Pendalaman Soekarno tentang Islam semakin ia perdalam di tahun 1928, ketika dia berada di dalam sel 233, penjara Sukamiskin di Bandung. Segala macam suber bacaan yang berkaitan dengan politik tidak diperbolehkan. Maka, Soekarno lebih memperdalam Al Quran di dalam sel nomor 233 tersebut. Dalam biograi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adam, Soekarno tak pernah meninggalkan kewajiban sholat 5 waktu dalam sehari.

 Dan Soekarno selalu menjawab segala sesuatu dengan "Insya Alloh (kalau Alloh menghendaki)". Mungkinkah bagi seseorang yang melakukan kewajiban sholat 5 kali dalam sehari, bersujud dan menyebut nama Alloh SWT adalah seorang komunis ?..... Tanyalah dia, "Hei Soekarno, apakah engkau akan pergi ke Bogor minggu ini ?...", dan Soekarno akan menjawab "Insya Alloh (kalau Alloh menghendaki)". Apakah orang yang seperti ini pantas disebut sebagai seorang komunis, oleh mereka, orang-orang yang mengaku beragama ?........

Bertahun-tahun ia hidup dibalik teralis besi penjara. Dikegelapan malam, ia mengintip bintang-bintang dilangit dari lubang kecil penjara, mengintip sinar rembulan yang melintas. Masa-masa dimana Soekarno, tidak dapat menyaksikan secara jelas indahnya sinar bulan purnama dan kerlap-kerlip bintang di langit. Soekarno hanya mampu pasrah. Ia tak tahu nasib apalagi yang akan ia temui setelah fajar terbit pagi nanti. Dalam kisahnya, Soekarno menuturkan bahwa, dalam keadaan seperti itulah, sholat lail (sholat malam) nya menjadi lebih khusyuk dan dirinya menjadi sangat begitu dekat dengan Alloh SWT.

Pendalaman dalam membaca Al Quran yang terus menerus menyebabkan Soekarno berada dalam kesadaran tinggi. Soekarno mampu memahami betul arti dari kehidupan. Tuhan tidak terhingga, melebihi batasan akal manusia dan meliputi seluruh jagat semesta. Ia Maha Kuasa, Maha Ada , Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, menjaga kita, membimbing kita dan melindungi kita. Apakah orang yang seperti ini pantas disebut sebagai seorang komunis, oleh mereka, orang-orang yang mengaku beragama ?........


Pada kesadaran tinggi yang sedemikian hebatnya, Soekarno bertobat dan menjadi se-insyaf-insyafnya manusia, bahwa tidak ada suatu apapun yang pantas untuk di takuti dimuka bumi ini, karena sesungguhnya Tuhan tidak jauh dari kesadarannya. Yang selalu ia alakukan adalah selalu bermunajat menyebut nama-NYA dan Soekarno pun memasrahkan setiap derap langkahnya supaya selalu mendapat perlindungan, bimbingan dan pertolongan, dalam menggelorakan revolsi kemerdekaan bagi negeri yang ia cintai.

Karier Militer Untung Syamsuri 7


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 6

Jaringan Letkol Untung dengan Batalyon 454 mulai dibangunnya sejak 1954. Saat peristiwa G30S dilancarkan, Batalyon 454 dipimpin oleh Mayor Kuntjoro Judowidjojo yang menjadi wakil komandan batalyon 454, saat Letkol Untung menjabat sebagai Komandan di batalyon yang sama. Hubungan Untung dan Komandan Brigade I Kodam Jaya, Kolonel A. Latief berawal dari batalyon 454 juga. Pada tahun 1963, ketika itu Latief belum di pindah ke Jakarta adalah bagian dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (TJADUAD) yang bermarkas di Ungaran dekat dengan markas Batalyon 454.

Karier Militer Untung Syamsuri 6

Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 5

Sebagai Rezimen khusus, Tjakrabirawa diadakan sebagai satuan militer yang memiliki kualifikasi setara dengan kesatuan komando. Sangat sulit bagi prajurit ABRI untuk dapat lolos seleksi dan dapat bergabung dengan Tjakrabirawa. Dan hal ini telah diceritakan oleh Boengkoes, seorang komandan peleton berpangkat Sersan Mayor saat diwawancarai oleh Ben Anderson dan Arief Djati (Indonesia hal. 78, Oktober 2004).

Rezimen khusus Tjakrabirawa dibentuk berdasarkan prajurit yang berprestasi yang berhasil lolos seleksi dari serangkaian tes kualifikasi berat. Sangat ketat dan disiplin tinggi dalam tes ujian seleksi masuk menjadi anggota Tjakrabirawa ini dapat dilihat dari data bahwa, hanya 3 sampai 4 orang saja yang dapat lolos seleksi dari satu batalyon yang tergolong Raider atau Paratrooper atau Airborne yang mendapat undangan untuk dapat lolos seleksi.

Karier Militer Untung Syamsuri 5


Samungan dari  Karier Militer Untung Syamsuri 4

Mereka lebih mendengarkan omongan Sjam Kamaruzzaman, "" Jika mau revolusi, ketika masih muda. Jangan tunggu hingga tua, dan ketika awal revolusi banyak yang takut, dan setelah revolusi berhasil, semuanya akan ikut". Kecerobohan Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan tersebut, akhirnya hancur. Dokmen Supardjo dianggap lebih masuk akal dan terpercaya, karena sangat memperlihatkan kelemahan Gerakan 30 September 1965 yang tidak adanya satu komando yang jelas dan tegas. Karena komando tersebut dianggap terpecah menjadi dua, ada yang murni dari kalangan militer seperti Untung, Latief dan Sudjono. Dan dari Biro Chusus yaitu Sjam, Pono dan Bono.

Karier Militer Untung Syamsuri 4


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 3

Pada 6 Juni 1962, saat awal mula pasukan Tjakrabirawa di bentuk, terdapat satu batalyon Angkatan Darat, dan sejak bulan Mei 1965, pasukan tersebut di pimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. Untung terpilih sebagai pemimpin pasukan Tjakrabirawa dikarenakan dirinya memiliki keberanian saat mendapat tugas operasi Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) dan berhasil mendapatkan bintang Sakti kehormatan. Dan saat Tjakrabirawa di bentuk, Kapten Rochadi yang awalnya mengajak Untung Syamsuri untuk bergabung dalam pasukan pengaman presiden tersebut.

Kapten Rochadi adalah salah satu dari anggota Tjakrabirawa yang turut serta dalam delegasi Indonesia ke Beijing pada 25 September 1965 dan sejak saat itu tak dapat kembali ke tanah air akibat situasi politik. Terakhir kali terdengar berita bahwa Kapten Rochadi memperoleh suaka dari pemerintah Swedia dan mengganti namanya menjadi Rafiuddin Umar. Kapten Rochadi termasuk orang-orang yang tidak dapat pulang ke tanah air akibat situasi politik saat itu dan di Swedia, ia menjadi orang yang tertutup. Kapten Rochadi juga berasal dari batalyon yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri. di Kodam Diponegoro.

Ben Anderson kemudian memulai analisanya dengan mengutarakan karakter JAWA pada Divisi Diponegoro yang sejak awal hingga meletus tragedi 1965, Panglima Kodam nya selalu berasal dari Yogya-Banyumas-Kedu. Kenapa yang menjadi Panglima Kodam Diponegoro bukan orang Batak atau Minahasa, seperti Kodam Siliwangi.

Kodam Diponegoro berada pada wilayah yang penduduknya sangat banyak, bahan pangan tidak seimbang dan berpaham komunis serta sentimen ani-aristokrat-nya cukup kuat. Ketidak puasan ini timbul dikalangan para perwira-perwira Diponegoro, misalnya Kolonel Marjono, Kolonel Suherman dan Letnan Kolonel Usman Sastrodibroto. Di Jakarta terdapat Kolonel Latief dan Letnan Kolonel Untung Syamsuri. Perwira tinggi yang hidupnya tergolong mewah diantara rakyat dan tentara yang mayoritas tergolong miskin.

4 Agustus 1965, Presiden Soekarno mengalami stroke ringan, beredarnya GILCHRIST dan isu Dewan Jenderal akan melakukan kudeta pada hari TNI, 5 Oktober 1965 menyebabkan suasana politik Indonesia menjadi kian memanas. Untung Syamsuri selaku komandan batalyon Tjakrabirawa yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap keselamatan presiden merasa terpanggil untuk menyelamatkan Presiden Soekarno dari ancaman Dewan Jenderal yang hendak menumbangkan pemerintahan Soekarno yang sah. Sebelum agenda Dewan Jenderal dilakukan, Untung mendahului melalui Gerakan 30 September.

Meskipun Untung sebagai komandan gerakan tersebut, namun pada kenyataan di lapangan, Untung mendapat perintah. Jadi Untung bukanlah pemimpin utama gerakan ini. Karena sepak terjang gerakan itu, ditentukan terlebih dahulu oleh Sjam Kamaruzzaman dari Biro Chusus PKI yang ada di dalam tubuh TNI saat itu. Saat persiapan seperti tank, senjata, logistik dan personel belum seluruhnya memadai, Untung langsung gegabah bergerak.

Bersambung, Karier Militer Untung Syamsuri 5

Karier Militer Untung Syamsuri 3


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 2

Mahkamah dalam persdangan tersebut berpendapat bahwa, Dewan Jenderal yang hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno tesebut adalah informasi yang sumbernya berasal dari Sjam Kamaruzzaman dan Pono selaku utusan dari Ketua Comite Central Dipa Nusantara Aidit, yang terbukti kebenarannya.

Karier Militer Untung Syamsuri 2


Sambungan dari Karier Militer Untung Syamsuri 1

Bagi Rudhito, keempat orang tersebut ingin agar dirinya turut serta melaksanakan apa yang telah direncanakan oleh Dewan Jenderal. Mereka berani mengajak, karena merasa menjadi Ketua Umum Ormas Central Comando Pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gerombolan Jenderal tersebut hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno, seperti yang digunakan oleh negara-negara lain. Mereka ingin menggulingkan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan. Mirip seperti matinya Shigman Ree, presiden Republik Korea Selatan.

Karier Militer Untung Syamsuri 1

Pada sebuah hari Rabu Legi, 23 Februari 1966, kurang lebih sekitar pukul 09.00 WIB, bertempat di Jalan Taman Suropati No. 2, lantai 2. Pada hari itu, di gelar sidang Mahkamah Militer Luar Biasa, atas terdakwa Untung Syamsuri, 40 tahun mantan Ketua Dewan Revolusi Indonesia, dengan tuduhan makar !...