google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

CIA MENGINCAR SOEKARNO II


HALAMAN I

Bagi Amerika Serikat, inilah kesempatan jitu untuk melaksanakan rencana III untuk mengintervensi militer terbuka di Republik Indonesia.  Presiden Soekarno harus segera dilenyapkan dengan segera. Dibawah Allen Dulles, CIA telah merencanakan dengan matang strategi dan taktik licik.  Dengan mempergunakan jaringannya yang berada di Singapura, Jakarta dan London, agen-agen CIA berkali-kali melakukan komunikasi khusus dengan Sumitro Djojohadikusumo, sang pencari dana untuk pemberontakan. Dan juga perwira yang memiliki mental pembangkang Kolonel Simbolon, Kolonel Fence Sumual. Dan masalah ini juga telah di jabarkan oleh Audrey R Kahim dan George Mc T Kahim dalam bukunya, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri.
Saat perintak memberangkatkan armada VII di keluarkan, keputusan tersebut tampak tergesa-gesa. Karena kurang dari dua jam sebelum pasukan tempur tiba, percakapan melalui telepon antara presiden Amerika Serikat, Eisenhower dan Menlu John Foster Dulles tampak seperti mengalami kepanikan dan kebingungan.  Bingung untuk menjawab nantinya, atas dasar apa, intervensi tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat ?.....
Inggris selaku sekutu dekat Amerika Serikat, sempat tidak setuju dan menolak hal tersebut, hingga akhirnya kapal-kapal perang tersebut berbalik kembali ke pangkalan nya. Tetapi, setelah Amerika melakukan pendekatan secara intersif, hingga pada akhirnya pada hari Senin, 23 Desember 1957 Harold Macmillan selaku Perdana Menteri Inggris menyetujui dan menjalin kerjasama, sebuah operasi untuk menggempur Indonesia, menumbangkan presiden Soekarno.
Akhirnya, Gedung putih Amerika Serikat, pada pertengahan tahun 1958 mengakui kegagalannya menegakkan demokrasi dan membendung arus komunisme yang melanda Indonesia saat itu. KSAD Jenderal TNI AH. Nasution yang dikenal Amerika Serikat sebagai orang yang anti terhadap komunisme, telah bergerak diluar perkiraan mereka. 

KSAD Jenderal TNI AH. Nasution berhasil menerjunkan pasukannya dan merebut bandara Sultan Sjahrir Kasim di Pekan Baru, Riau-Sumatera. Mulai dari pantai timur  marinir di siagakan, guna memotong pertahanan PRRI Permesta. Ahirnya, Dumai yang tadinya dikuasai oleh kolonel pembangkang, berhasil direbut oleh pasukan TNI dibawah komando Jenderal Nasution.

Pasukan pembangkang yang dipimpin oleh Kolonel Akhmad Husein pun akhirnya pergi melarikan diri meninggalkan semua alat tempur, termasuk senjati anti serangan udara yang kala itu belum sempat digunakan, karena mereka tidak menduga akan adanya serangan tersebut. Pesan rahasia yang disampaikan Armada VII untuk supaya segera di hancurkan, tidak lagi di gubris. Padahal, ladang minyak Caltex inilah yang kelak dapat dijadikan alasan intervensi Amerika ke Indonesia. Sejumlah dua batalyon marinir Amerika Serikat sudah bersiap siaga dan kurang dari 12 jam, marinir Amerika ini akan segera tiba di Dumai. Sejak saat itu, tamatlah PRRI yang digerakkan oleh para kolonel pemberontak serta tokoh PSI dan Masyumi, dan Pentagon Amerika pun tercengang dengan ulah nekat KSAD Jenderal TNI AH. Nasution.
Meski pasukan PRRI semakin teresak, Sumito Djoohadikusumo selaku wakil PRRI yang kala itu sedang berada di pengasingan, tetap merasa optimis. TNI bererak dan berhasi merebt kota dei kota, hingga pada akirnya, PRRI selaku pemberotak hanya mampu melakukan perlawanan secara bergerilya secara terbatas. Ditambah lagi, semakin berkurangnya dukungan rakyat kepada pasukan-pasukan penghianat, hingga akhirnya terjadi perpecahan dari dalam tubuh PRRI.
CIA Amerika Serikat gagal karena salah melangkah, atas rujukan CIA pula, Amerika Serikat berhasil mengirimkan 8.000 pucuk senjata api yang rencananya bisa di gunakan oleh PRRI Permesta. Kiriman ini belm berupa senjata-senjata berat seperti senapan mesin, mortir meriam,senjata ant udara dan senjata anti tank, mash banyak lagi senjata-senjata dan bahan peledak yang lainnya. Amerika juga berasil merekrut dan memberikan pelatihan kepada sejumlah prajurit Dewan Banteng dan Dewan Gajah, yang di berangkatkan menggunakan kapal selam, menuju pangkalan militernya di Okinawa, Jepang. Meski latihan militer yang disiplin serta didukung oleh sistem persenjataan modern kala itu, tetap bukanlah jaminan untuk meraih kemenangan dalam menghadapi pertempuran yang sesungguhnya.
Presiden Eisenhower semakin geram, karena kelompok PRRI Permesta yang disebutnya sebagai "PATRIOT" itu semakin terhimpit dengan nafas yang makin tersengal-sengal. Tetapi, CIA dan intel Angkatan Laut Amerika tetap meyakinkan dengan berita-berita palsu dan keliru. Laporan mereka menyebutkan bahwa jika tidak diteruskan memberikan bantuan persenjataan maka, komunis akan segera menguasai Malaya, Thailand, Kamboja dan Laos, dan ini sangat berbahaya bagi dunia barat. Untuk menangkal hal tersebut Amerika tetap harus mengirimkan bantuan persenjataan untuk dapat digunakan oleh pasukan pemberontak anti komunis di dunia timur, khususnya untuk PRRI Permesta di wilayah Sulawesi Utara, Indonesia.

Akibat kekalahan perang, PRRI Permsta di Sumatera, Penerbang Amerika Serikat dan Taiwan memberi perlindungan payung udara kepada PRRI Permesta yang berada di Sulawesi Utara. Berkali-kali dan silih berganti, pesawat-pesawat pengebom berhasil memutus jalur transportasi laut. Ambon, Makassar dan Balikpapan di hujani bom, yang mengakibatkan korban terus bertambah.
Akan tetapi, segala upaya dan usaha Amerika ini mengalami kegagalan untuk memaksa Jakarta menyerah. Serangan demi serangan, dibalas pula dengan serangan dan gempuran yang lebih hebat. Jenderal Nasution terus mengerahkan dan menyiapkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengambil alih dan menguasai satu demi satu yang dikuasai PRRI Permesta.  Akhirnya, pada hari Minggu, Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) berhasil menembak jatuh sebuah pesawat pengebom dan menangkap hidup-hidup pilot bernama Allen Pope, seorang berkebangsaan Amerika Serikat. Hal ini tidak hanya membuat Amerika terkejut, tetapi juga dunia internasional. Ditambah lagi, Allen Pope mengaku, bahwa dirinya diperintahkan oleh CIA. Sungguh pada waktu itu, militer Indonesia sangat di kagumi oleh dunia internasional dan Amerika di kecam habis-habisan tiada henti.

Bagaikan tak memiliki perasaan bersalah, Amerika malah memelintir berita, mulai dari bantuan peralatan perang dan latihan militer, serta menyebarkan isue-isue tentang adanya ancaman komunisme terhadap stabilitas di belahan Asia Timur. Akhirnya, dengan tertangkapnya Allen Pope inilah, presiden Soekarno berhasil memelintir leher Amerika dan mempermainkannya presiden ke-34 Amerika.

BERSAMBUNG KE HALAMAN III

0 komentar:

Posting Komentar

Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]