google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Pena Soekarno


Pada tahun 1920-an, saat usia Soekarno masih belasan tahun, Soekarno sudah berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Soekarno menerbitkan karya tulisannya melalui media massa Sarekat Islam, Oetoesan Hindia. pada waktu itu, beliau menggunakan nama pena dari tokoh wayang yang bernama Bima.

Pada koran tersebut, Soekarno menuliskan artikel dan opini yang berjumlah sekitar 500-an. Karya tulisan Soekarno sangatlah tajam dan memojokkan kaum imperialisme, kolonialisme dan kapitalisme waktu itu.
"...hantjoeurkan segera kapitalisme jang dibantu budaknja imperialisme dan kolonialism.
Dengan kekoeatan Islam, Insja Allah, itu segera dilaksanakan", itulah salah satu tulisan Soekarno.
Soekarno juga sempat menjadi redaksi di harian Bendera Islam. Dan ahirnya, harian Bendera Islam berubah nama menjadi Fadjar Asia, yang diterbitkan seminggu tiga kali. Koran Fadjar Asia ini
memiliki semboyan yang berbunyi: "Melawan Imperialisme barat! Berjuang Untuk Kebebasan Bangsa dan Tanah Air".

Pada tahun 1926, Soekarno juga mempelopori kelompok studi yang disebut Algeme Studie Club. Dan ahirnya, berkat kegigihan Soekarno dan hasil dari honorariumnya sebagai arsitek, kelompok ini memiliki koran bernama Soeloeh Indonesia Muda.  Di koran inilah, Soekarno menerbitkan karyanya yang sangat populer yaitu, Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme. Pada karya-karya tulisannya, Soekarno mengkritik tentang "pandangan sempit" dan sektarian diantara kalangan pergerakan anti kolonialisme di tanah air.

Pada tahun 1927, Soekarno resmi mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI). PNI diharapkan dapat menjadi alat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia dan menolak segala bentuk kerjasama dari pihak penjajah.
Pada tahun 1928, koran yang bernama Persatoean Indonesia milik PNI, resmi didirikan.Donasi sebesar 500 gulden dikumpulkan dari cabang-cabang PNI demi berdirinya koran ini. Dan koran Persatoean Indonesia inilah yang menjadi sarana komunikasi kepada massa Marhaen.

Soekarno berkeinginan agar PNI menjadi sebuah kelompok massa yang sadar dengan tujuannya. Oleh karena itu, untuk membakar semangat dan kesadaran massa dari onbewust (tidak sadar) menjadi bewust (sadar), adanya koran saat itu amatlah penting !.
Akibat terlalu vokal Soekarno dalam membakar semangat nasionalisme, berkali-kali Soekarno dan tokoh PNI ditangkap. Koran Persatoean Indonesia juga terkena imbasnya. Koran tersebut sempat mengalami kevakuman dan tidak lagi terbit. Akan tetapi, karena keinginan Soekarno begitu kuat, ahirnya koran tersebut kembali terbit dengan mempergunakan nama Nyonya Soekarno alias Inggit Garnasih dan proses penerbitannya dilakukan oleh Mr. Sartono dan temkan-temannya.


Selepas dari penjara, Soekarno terus menuliskan pena nya dan tak berhenti. Ia kembali menikam kekuasaan Belanda melalui tulisannya yang berjudul Sendi dan Azas Pergerakan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Akibatnya, penguasa kolonial Belanda menjadi geram dan membredel koran Persatoean Indonesia.
Pada tahun 1931, sebagian bekas anggota PNI mendirikan partai baru yaitu, Partai Indonesia (PARTINDO).
Asas dan tujuan Partindo tidak berbeda jauh dengan PNI. Setelah keluar dari bui, Soekarno segera menggabungkan diri dengan Partindo.



Fikiran Ra`jat disebut oleh Soekarno sebagai Madjallah Politik Popoeler. Dikarenakan, media ini hanya diperuntukkan bagi pembaca dikalangan Marhaen. Terutama mereka yang bisa baca dan tulis. Bahasa dan ungkapan yang dipergunakan Fikiran Ra`jat, jau lebih mudah untuk dipahami rakyat jelata kala itu.

















Fikiran Ra`jat terbitan pertama kali, 15 Juni 1932. Di sini, Soekarno banyak meninggalkan tulisannya, yaitu:
  1. “Maklumat Bung Karno kepada Kaum Marhaen Indonesia”,
  2. “Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi”,
  3. “Socio Nationalisme dan Socio Demokrasi”,
  4. “Orang Indonesia Tjukup Nafkahnja Sebenggl Sehari”,
  5. “Kapitalisme Bangsa Sendiri”,
  6. “Djawaban Saja pada Sdr. M. Hatta”,
  7. “Sekali lagi, Bukan Banjak Bitjara, Bekerdjalah, tetapi Banjak Bitjara, Banjak Bekerdja”,
  8. “Memperingati 50 Tahun Wafatnya Karl Marx”,
  9. “Reform Actie dan Doels Actie”,
  10. “Bolehkah Sarekat Sekerdja Berpolitik?”,
  11. “Marhaen dan Marhaeni, Satu Massa Actie”,
  12. “Membesarkan Fikiran Rakjat”, Azas-azas Perdjuangan Taktik”,
  13. “Marhaen dan Proletar”.



Guna memperkuat isi tulisan dan pemahaman rakyat, Soekarno juga membuat gambar-gambar karikatur.
Hampir semua edisi Fikiran Ra`jat selalu disertai dengan karikatur-karikatur buatan Soekarno yang menggunakan nama samaran Soemini.

Setelah Fikiran Ra’jat, Soekarno juga menghidupkan kembali koran Soeloeh Indonesia Muda. Akan tetapi, koran ini berbeda dengan Fikiran Ra’jat,
koran ini lebih diperuntukkan untuk sekedar teori. Sasarannya utamanya adalah ke kalangan kaum terpelajar dan pemimpin pergerakan.

Gaya menulis Soekarno sangat menarik. Ada yang menyebutnya sebagai penulis pamflet.
Setiap tulisannya berisi sumber masalah,  pemecahan masalah, serta bagaimana hal itu diselesaikan.
Soekarno juga terang-terangkan menunjukkan keberpihakan politik, yakni pemihakan terhadap kaum marhaen dan kaum yang tertindas.
Hampir semua tulisan Soekarno menghajar imperialisme, kolonialisme dan kapitalisme, sebagai sumber masalah di dalam masyarakat.

Soekarno juga menggunakan bahasa populer. istilah ilmiah, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya, Soekarno akan menjelaskan artinya.
Dalam karya-karya tulisannya, Soekarno sering menggunakan kiasan dan cerita untuk membimbing daya imajinasi pembacanya supaya paham akan apa yang di maksudkan.

Tulisan-tulisan Soekarno kaya dengan data dan literatur. Hal ini, untuk memperkuat dasar analisis dan kesimpulan-kesimpulannya.
Selain itu, banyak tulisan Soekarno yang mengandung polemik, baik terhadap penguasa kolonial maupun dengan sesama kaum pergerakan.
Dengan sesama kaum pergerakan, Soekarno kerap bersinggungan dengan Mohammad Hatta, Haji Agus Salim, dan tokoh-tokoh komunis.
Dua tulisan pena Soekarno yang sangat terkenal dan paling mengguncang tatanan kolonial, yaitu Indonesia Menggugat dan Mencapai Indonesia Merdeka.
Indonesia Menggugat ditulis oleh Soekarno di dalam ruang penjara Bantjeuy, Bandung, yang diperuntukkan sebagai pidato pembelaan di hadapan pengadilan kolonial.

Sedangkan Mencapai Indonesia Merdeka ditulis oleh Soekarno pada tahun 1933, di Pangalengan, Bandung.
Artikel ini berisi 10 bagian, yang menerangkan asal-usul imperialisme di Indonesia dan bagaimana melawannya.
Penutup artikel itu membahas tentang gagasan Indonesia Merdeka.
Penguasa kolonial panik dengan tulisan Soekarno tersebut. Akhirnya, Soekarno kembali ditangkap dan dibuang ke pulau Ende, Flores, NTT.

Itulah sepenggal kisah Soekarno bersama goresan penanya yang tajam.
Sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]