google.com, pub-8027005344017676, DIRECT, f08c47fec0942fa0

SOEKARNO DAN CHE GUEVARA BERTEMU

Pada tahun 1960 Sukarno mengunjungi Kuba. Bagi Sukarno mengunjungi Kuba sangat penting untuk membuktikan politik bebas aktif-nya. Kabarnya Presiden Ike Eisenhower tidak menyukai kunjungan Sukarno ke Kuba itu. Bahkan Ike Eisenhower sempat memanggil agen CIA untuk mengamati prospek kunjungan Sukarno ke Kuba.
Setahun sebelumnya tahun 1959, jagoan revolusi Che Guevara datang ke Jakarta dan bertemu Sukarno untuk menyampaikan undangan resmi dari Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba. Saat itu Jakarta sedang hangat-hangatnya pembubaran Konstituante dan Sukarno baru saja dengan semangat mengembalikan sejarah Indonesia ke dalam garis Revolusi. Fidel memperhatikan gerakan Sukarno ini, dan ia mengirimkan Che ke Jakarta untuk berguru pada Sukarno sekaligus mengundangnya. Pada satu malam setelah Fidel membaca sebuah terjemahan tulisan Sukarno dalam bahasa Inggris soal ‘Indonesia Menggugat’ maka ia merasa apa yang dijadikan dalam tujuan revolusi Indonesia adalah sejalan dengan Revolusi yang inginkan di Kuba.


Che Guevara, seorang jagoan revolusi Argentina yang dari muda berkelana dengan motornya mencari arti tentang masyarakat, sebuah pembebasan. Che berpikir bahwa satu-satunya pembebasan adalah menghilangkan struktur masyarakat yang menindas. Lalu Che bergabung dengan Fidel membakar revolusinya dan menggulingkan diktator Fulgencio Batista. Dan akhirnya sejarah membawa Che bertemu dengan guru besar Revolusi dari Asia : Sukarno.

“Bagi saya, Che...bagi saya sebuah perubahan sejarah itu tidak boleh setengah-setengah, ia harus menjebol, ia harus memporakporandakan, dari situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang modern, terhormat dan memanusiakan manusia” kata Sukarno saat usai makan malam dengan Ernesto Che Guevara. Lalu Che memberi cerutu Kuba pada Sukarno yang mengajak Che bicara di teras Istana Negara. “Kamu lihat Che, bangunan ini adalah bangunan Belanda, kota-kota kami adalah contoh kota kolonial terbaik pada jamannya, di timur Jakarta ada kota bernama Bandung indahnya luar biasa, lalu ada juga bernama Kota Surabaya yang menjadi pelabuhan paling timur milik jaringan dagang Hindia Belanda sebelum Australia didirikan Inggris. Mereka sudah membangun permodalan dari abad demi abad, mereka sudah membangun benteng-benteng kesejahteraannya. Tapi Che, bangsa-bangsa yang mereka jajah hanya menjadi kuli...kuli dari kemauan mereka. Lalu kami sejak pergantian abad lalu, sadar bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan bangsa dari kekuliannya, dari perbudakannya adalah menjadi ‘bangsa tuan’ di negeri sendiri. Menjadi demikian terhormatnya, sehingga kami bisa menggali kekayaan kami, kami bisa membangun budaya kami, kami bisa menguasai diri kami sendiri. Lalu dengan rasa terhormat itu : Ekonomi kami, Kebudayaan Kami dan Pandangan-pandangan politik kami menjadi arus besar bagi sumbangan peradaban dunia”.......kata Sukarno sambil menghirup cerutu.

“Jadi apa yang Tuan Sukarno lakukan untuk itu” kata Che dengan pandangan berapi-api. Ia seakan melihat sang guru sedang menjelaskan konsep sosialisme, konsep kesejahteraan umum, konsep yang akan membawa masyarakat pada pembebasannya. “Bagiku Che, revolusi itu sebuah keharusan untuk membuka pintu sejarah baru. Saat ini sejarah yang berlangsung sudah berbeda dengan sejarah di abad-abad lampau. Pergerakan eksploitasi bukan lagi pada pendudukan-pendudukan koloni, tapi pada pergerakan arus modal. Arus modal inilah yang kemudian menjadi alat penindas antara pemilik modal dan tidak pemilik modal. Negara-negara baru jelas tidak punya modal, mereka belum ada waktu akumulasi modal, mereka baru memulai. Tapi setidak-tidaknya, Che yang kami pelajari bahwa untuk berjuang dalam situasi apapun, maka kuncinya cuma satu : persatuan...persatuan....persatuan. Kami menang karena bersatu, andai seluruh negara-negara baru bersatu, maka penindasan modal itu menjadi medan pertarungan yang seimbang. Untuk itulah aku inginkan Indonesia menjadi lokomotif atas persatuan dari negara-negara baru, negara-negara yang baru saja melepaskan diri dari belenggu penjajahnya. Setelah persatuan, Che.....maka modal itu dialihkan pada kesejahteraan umum, pada bangunan-bangunan yang berguna untuk rakyat, bangun sekolah-sekolah. Dengan kekayaan yang ada kami bisa membangun jutaan unit sekolah untuk anak-anak kami, itulah awal dari revolusi kami” kata Sukarno dengan nada bangga. Ia melihat di depannya adalah anak muda yang berhasil mengalahkan sejarah kapitalisme, dan ia bangga.......
“Tuan Sukarno, sudikah tuan datang memenuhi undangan pemimpin kami, Fidel Castro?” kata Che dengan tersenyum. Sukarno menjawab sembari memamerkan gingsulnya yang terkenal itu bila tertawa ‘Saya bersedia anak muda”.

5 komentar:

  1. Jangan mengucapkan "Alhamdulillah" jika perbuatan mu musrik. Cam kan itu.

    BalasHapus
  2. Bruaakakaka.... begitulah manusia, jika berada di ujung tombak iya cara apapun pasti dihalalkan ������

    BalasHapus
  3. Dukunnya aja masih kere, masa menjanjikan orang lain kaya.... jangan percaya lah. Pingin kaya minta sama Gusti Allah....

    BalasHapus
  4. nice blog... love both of them (Soekarno and Che) adakah yang tahu keberlanjutan pertemuan Che dan Soekarno serta Castro?

    BalasHapus
  5. DASAR PENIPU..SUDAH TERBIASA NIPU YAA GA ADA LAGI RASA BERSALAH ATAU MERASA BERDOSA YG ADA JUSTRU BERSYUKUR SETIAP MENDAPAT HASIL TIPU2..BAHKAN DARI HASIL TIPU BIASANYA ORANG INI PALING RAJIN PAMER ZAKAT ATAU APALAH NAMANYA YG KATANYE UTK MEMBERSIHKAN ATAU MENSUCIKAN SEMUA HARTA HASIL TIPU2NYA...HEHEHEH

    PARAHHH..����������

    BalasHapus

Aku bersemboyan, Biar melati dan mawar dan kenanga dan cempaka dan semua bunga mekar bersama di taman sari Indonesia.
[Pidato HUT Proklamasi, 1964_Soekarno]